PROGRAM UMROH DAN HAJI SETIAP TAHUNNYA

Program Haji dan Umroh Setiap Tahunnya

PROGRAM UMROH DAN HAJI SETIAP TAHUNNYA

Program Haji dan Umroh Setiap Tahunnya

Tampilkan postingan dengan label Artikel Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 Maret 2012

KH.MARZUQI


Giriloyo adalah sebuah dusun di bawah kaki perbukitan Imogiri. Masyarakat sekitar mengenal dengan nama Pajimatan, suatu bukit yang terkenal di daerah kawasan selatan Yogyakarta karena disanalah raja-raja Kerajaan Mataram Islam dimakamkan. 

Daerah Giriloyo ini sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta (jaraknya hanya sekitar 15 km). Namun karena daerah ini terpencil dan berada di kaki bukit. Sasana khas pedesaan yang sepi dan sunyi namun penuh dengan kebersamaan dan kedamaian sangat mewarnai daerah tersebut.
 

Suasana sepi yang mewarnai Giriloyo itu pada pertengahan abad ke-18 M sedikit demi sedikit berubah dengan munculnya kelompok pengajian yang diasuh oleh KH. Romli, seorang ulama yang menjadi Mursyid Tarekat Syathariyah. Seluruh murid-muridnya diberi ijazah tarekat tersebut dengan maksud agar mereka memiliki amalan-amalan harian yang pada akhirnya bisa lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
 

Keseriusan dan ketekunan dalam pengelolaan pengajian, membuat KH. Romli seakan melupakan sunnah rasul yang lain, yaitu melangsungkan pernikahan. Maka ketika dirasa jama'ah pengajian yang dibinanya itu semakin lama semakin menunjukkan peningkatan, beliau segera melaksanakan pernikahan dengan putri dari Kiai Ali. Dari pernikahan dengan putri Kiai Ali ini lahir 5 orang putra yang salah satunya adalah bernama Ahmad Marzuqi.
 

KH. Ahmad Marzuqi lahir pada tahun 1901 M di desa tempat ayahnya tinggal yaitu di Giriloyo Wukirsari Imogiri Bantul sebagai putra bungsu. Kiai Romli sangat berkeinginan kelak si bungsu apabila sudah besar dapat menggantikan perjuangan yang telah dirintisnya, mendidik orang-orang untuk lebih dekat pada Allah. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, sangat wajar apabila KH Marzuqi ketika baru berumur 4 tahun sudah dididik dengan konsentrasi penuh.
 

Pada tahun 1905 oleh Kiai Romli, Ahmad Marzuqi di-pondok-kan di Pondok Pesantren Kanggotan Pleret Bantul di bawah bimbingan KH. Zaini. Karena masih kecil, maka pada waktu itu beliau hanya diajari kitab-kitab ubudiyah seperti Safinatun Najah, Fathul Qorib dan lain-lain. Di pondok Kanggotan ini beliau belajarsampai tahun 1910 M.
 

Setelah lima tahun belajar di Kanggotan, Ahmad Marzuqi kemudian pindah pondok. Pondok yang dituju kali ini adalah Pondok Pesantren Termas yang berada di Pacitan Jawa Timur. pada saat itu pondok Termas berada di bawah bimbingan KH. Hafidz Dimyati, beliau belajar berbagai ilmu agama, seperti syara’, tasawuf, dan lain-lain. Di pondok ini beliau belajar selama 4 tahun, dari tahun 1910 sampai tahun 1914 M.
 

Ahmad Marzuki melanjutkan ngangsu kaweruh di ponok pesantren Watucongol Muntilan Magelang, tahun 1915 sampai tahun 1918. Kehausan Ahmad Marzuki dengan ilmu-ilmu keislmaan terobati di bawah bimbingan KH. Dimyati.
 

Sepulang dari Watucongol, Ahmad Marzuqi kemudian meneruskan di Pondok Pesantren Somolangu Kebumen Jawa Tengah. Dibawah bimbingan KH. Abdurrauf, beliau mendapat kepercayaan untuk mengajar santri (badal: sebagai pengganti kyai) apabila kiai sedang berhalangan atau sakit. Kepercayaan itu diemban dengan tekun dan ikhlas sehingga tidak heran jika beliau semakin lama semakin menguasai ilmu-ilmu yang sudah dipelajari di pondok-pondok yang terdahulu. Di Somolangu ini berlangsung antara tahun 1919 sampai tahun 1922.
 

Tahun 1922 sepulang dari Pondok Somolangu sampai tahun 1925, beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirap Kebumen Jawa Tengah. Walaupun sudah mahir membaca kitab, namun beliau tidak jemu untuk lebih mendalami kitab-kitab yang telah dikajinya terdahulu.
 

Hanya dua tahun lebih sedikit Ahmad Marzuqi menempat di Lirap Kebumen, pada tahun 1926 sampai tahun 1927 beliau pindah ke Pondok Pesantren Jamsaren yang ada di Solo Jawa Tengah. Pondok Jamsaren pada saat itu berada di bawah bimbingan KH. Idris. Sepulang dari Pondok Jamsaren ini beliau menunaikan ibadah haji untuk yang pertama kali dalam hidupnya.
 

Pada tahun 1927 (selepas menunaikan ibadah haji) sampai tahun 1931 beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Dibawah bimbingan KH. Munawwir ini beliau mewujudkan cita-citanya yang sudah lama terpendam ketika masih mengaji di Watucongol dahulu, yaitu keinginannya untuk menghafal Al-Qur’an 30 juz.
 

Keinginan itu menjadi kenyataan bahkan untuk melanggengkannya beliau baca ayat-ayat suci itu sampai khatam yaitu pada bulan Ramadlan saat sholat tarwih. Diceritakan, bahwa selama bulan ramadlan apabila badannya sehat, beliau khatamkan dalam satu bulan itu tiga kali khataman. Sepuluh hari pertama khatam untuk yang pertama, sepuluh hari kedua digunakan untuk mengkhatamkan bacaannya yang kedua dan sepuluh hari ketiga untuk yang ketiga kalinya.


KH. Ahmad Marzuqi Mulai Berda’wah
 

Sepulang dari ngangsu kaweruh di berbagai pondok pesantren, sekitar tahun 1931, KH. Ahmad Marzuqi mulai melakukan pengajian-pengajian di berbagai tempat terutama di desa-desa di Gunungkidul. Perjalanan untuk mencapai daerah-daerah di Gunungkidul yang melewati hutan belantara memakan waktu berhari-hari itu beliau lakukan dengan berjalan kaki.
 

Dalam melakukan Dakwah di Gunungkidul, KH. Ahmad Marzuqi atau Mbah Marzuqi bisa disebut sebagai pembuka jalan bagi keberadaan Islam di daerah tersebut. Ketika beliau membuka jamaah pengajian yang baru di desa-desa, beliau islamkan terlebih dahulu orang-orang yang akan ikut dalam pengajian tersebut. Sehingga ketika semakin hari semakin bertambah jumlah jamaahnya berarti semakin banyak pula orang Islam yang ada di desa itu.
 

Perjalanan dalam berdakwah itu bukan berarti tanpa mendapatkan rintangan. Rintangan itu datang dalam perjalanan maupun oleh orang yang tidak suka dengan dakwah yang beliau lakukan. Diceritakan, ketika dalam suatu perjalanan menuju salah satu desa di daerah Gunungkidul harus melewati sebuah sungai yang lebar dan dalam. Seseorang harus berenang untuk sampai di seberang karena tidak ada getek (perahu dari bambu). KH. Habib yang pada waktu itu diajak untuk menemani, tidak berani turun ke sungai karena melihat ada seekor ular besar sedang menunggu. Melihat ular di sungai yang siap untuk menyerangnya KH. Habib berteriak “Pak, ada ular !” Teriakannya tidak dijawab oleh Mbah Marzuqi. Beliau hanya menusukkan jari manisnya di pinggang KH. Habib. Seketika itu juga KH. Habib sudah berada di seberang sungai.
 

Untuk mempersatukan jama’ah pengajian, Mbah Marzuqi mendirikan masjid atau musholla di desa-desa. Hal ini dimaksudkan agar para jamaah bisa berkumpul dalam satu tempat dalam melaksanakan kegiatan. Pendirian masjid dan musholla ini juga dimaksudkan agar masyarakat di desa itu apabila sholat tidak dilakukan sendiri-sendiri di rumah, tetapi dilakukan di masjid atau musholla dengan berjama'ah.
 

Untuk melengkapi pembangunan masjid, beliau mendirikan sekolah-sekolah formal yang tentunya hal ini bertujuan agar generasi mudanya bisa mendapatkan pendidikan formal. Tercatat ada 130 buah untuk tingkat taman kanak-kanak, 53 buah untuk tingkat Madrasah Ibtidaiyah, 12 sekolah untuk tingkat MTs dan SMP, 8 sekolah untuk tingkat MA dan SMU.
 

Aktivitas dakwah ini masih terus berlangsung ketika beliau dipercaya memimpin pesantren yang didirikan oleh sang ayah, KH. Romli, pada tahun 1935. Pondok itu dipimpin oleh beliau berlangsung sampai dengan tahun 1955. Bahkan selama memimpin pondok pesantren tersebut, beliau mendapatkan sambutan yang semakin hangat dari masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari terus berkembangnya pondok tersebut yang semakin hari semakin banyak orang yang ikut mengaji.
 

Selepas Kemerdekaan RI 1945, bumi nusantara ternyata masih disenangi oleh Belanda sehingga wajar apabila pada bulan-bulan setelah Agustus itu Belanda masih banyak yang berseliweran di Indonesia. Orang-orang pribumi yang melihat tingkah Belanda itu merasa tidak senang sehingga di banyak tempat dikumpulkan para pemuda untuk digembleng menjadi prajurit yang tangguh. Mereka diberi ijazah dan amalan serta olah-kanuragan. Salah satu tempat yang digunakan sebagai markas itu adalah pesantren yang dipimpin oleh KH. Ahmad Marzuqi.
 

Mbah Marzuqi yang semenjak kecil suka dengan kehidupan sederhana, suka menolong orang lain dan tidak suka hidup mewah, mempunyai pandangan hidup bahwa seluruh jiwa dan raganya semata-mata dicurahkan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Prinsip hidup ini beliau wujudkan dengan melakukan dakwah dari satu desa ke desa yang lainnya tanpa pernah mengharapkan imbalan. Dakwah ini beliau lakukan dengan ikhlas dan semata-mata hanya untuk mengharapkan ridla dari Allah.
 

Kiai memang dalam berdakwah tidak pernah mengharapkan imbalan bahkan beliau serahkan seluruh harta bendanya pada mereka yang membutuhkan. Diceritakan, bahwa beliau mempunyai sawah yang luasnya mencapai 7 hektar dan sapi yang jumlahnya mencapai sekitar 150 ekor. Harta miliknya itu seluruhnya beliau serahkan pada masyarakat yang kurang mampu dengan sistem bagi hasil (tidak ada informasi yang menceritakan berapa bagian untuk beliau dan orang yang diserahi). Pemberian dengan sistem tersebut semata-mata hanya untuk meringankan beban yang ada pada masyarakat.
 

Pertolongan yang beliau berikan disamping secara materi juga dengan memberikan pengobatan kepada siapa saja yang memerlukannya. Bahkan dengan memberikan pengobatan ini, aktivitas dan pengikut dalam jama'ahnya semakin besar sehingga sangat memudahkan beliau apabila berkeinginan membuka daerah binaan yang baru.
 

Ilmu ketabiban ini beliau dapatkan disamping dari ayahnya, KH. Romli juga beliau dapatkan dari semenjak beliau mondok di pesantren-pesantren. Menurut KH. Habib Marzuqi, salah seorang putranya bahwa ilmu ketabiban itu beliau peroleh dari KH. Dalhar Watucongol, KH. Ma’ruf, KH. Kholil Bangkalan, KH. Dimyati Termas, KH. Dimyati Kebumen dan KH. Abdurrahman. Pemberian pertolongan ini juga beliau imaksudkan sebagai sarana berda’wah.

Membina Rumah Tangga
 

Sebagai putra bungsu dari lima bersaudara, KH. Ahmad Marzuqi mendapatkan tongkat estafet dari KH. Romli untuk meneruskan perjuangannya. Untuk membantu perjuangannya KH. Ahmad Marzuqi melangsungkan pernikahan dengan putri dari KH. Arifin yaitu Ny. Dasinah. Dari pernikahan ini menurunkan dua orang putra yaitu KH. Asyhari Marzuqi (Kotagede) dan KH. Habib Marzuqi (Wates Kulonprogo).
 

Setelah berpisah dengan Ny. Dasinah, pada tahun 1949 KH. Ahmad Marzuqi melangsungkan pernikahan untuk yang kedua kalinya yaitu dengan putri KH. Abdullah, Ny. Zuhroh. Dari pernikahan ini menurunkan dua putra yaitu KH. Masyhudi dan KH. Ahmad Zabidi dan seorang putri yaitu Hj. Siti Hannah.

Akhir Hayatnya
 

KH. Ahmad Marzuqi sewaktu hidupnya pernah melarang tentang 3 (tiga) hal. Tiga hal itu adalah pertama, beliau melarang dan mengharamkan adanya kebijakan pemerintah mengenai diberlakukannya Keluarga Berencana (KB) bagi masyarakat Indonesia. Kedua, beliau melarang dan mengharamkan adanya praktek dunia perbankan. Ketiga, beliau melarang keras adanya anggapan bahwa semua agama di Indonesia adalah baik dan benar.
 

Larangan ini sekitar awal tahun 80-an beliau tanamkan kembali pada setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya di Giriloyo. Tidak peduli apakah tamu itu laki-laki atau perempuan, kecil atau besar, pegawai biasa maupun pejabat. Semua dilarang untuk melaksanakan tiga hal tersebut diatas. Begitulah semua itu berlangsung sampai pada tahun 1991 disaat beliau akan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
 

Innalillahi wainna ilaihi rajiuun. Tanggal 9 Jumadil Akhir 1411 H atau tanggal 14 Desember 1991 M pada hari Sabtu malam Ahad adalah hari beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Seluruh putranya dan masyarakat sekitar sudah berkumpul. Disaat itulah beliau berwasiat kepada putra-putra dan seluruh kaum muslimin untuk membaca do’a Nekto Dinulu. Do’a itu bacaannya adalah sebagai berikut:
 

Allahumma Nekto Dinulu ahub-ahub ing Allah
Laa ilaaha illa Allah Muhammad rasulullah shalla Allah alaihi wasallam
Allahumma Roh amadep ing Nurullah
Somad-somad kelawan roh idlofi
Jisim rupaku amadep ing cahaya
Ning roh angadep uripku ing cahyane Allah
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Ghaffar Ya Aziz
Ya Quddus Ya ‘Alim Ya Karim Ya Arhamarrahimin.
 



Pagi harinya, ribuan orang datang dari berbagai daerah untuk memberikan penghormatan yang terakhir (melayat). Tidak sedikit dari para pelayat itu mengetahui meninggalnya KH. Ahmad Marzuqi lewat mimpi.
 



Diceritakan, pada malam hari (malam Ahad) seorang haji di daerah Prembun Kebumen bermimpi kedatangan Mbah Marzuqi. Dalam mimpi itu Mbah Marzuqi menyuruhnya untuk pergi ke Giriloyo dan jangan lupa membawa bakmi. Hari Ahad pagi, sambil membawakan bakmi pesanan Mbah Marzuqi pak haji dari kebumen itu meluncur menuju Giriloyo. Sebelum memasuki Giriloyo, haji itu singgah terlebih dahulu di masjid Pondok Ar-Ramli Wukirsari karena dilihatnya ada ribuan orang berkumpul. Kemudian pak haji dari kebumen itu bertanya “Ada apa kok suasananya ramai sekali?” Orang yang ditanya oleh pak haji itu menjawab bahwa Mbah Marzuqi meninggal. Pak haji tidak percaya karena tadi malam beliau bermimpi bertemu Mbah Marzuqi dan disuruh ke Giriloyo. Namun setelah mengetahui peristiwa yang sebenarnya terjadi, pak haji dari Kebumen itupun lemas.
 



Begitulah banyak dari para hadirin yang datang karena mendapatkan mimpi “disuruh ke Giriloyo oleh Mbah Marzuqi”. Semua masyarakat yang ditinggalkan merasa kehilangan dengan kepergiannya. Namun apa mau dikata, kita tidak bisa melawan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Begitulah KH. Ahmad Marzuqi telah mendahului kita dengan menanamkan pijakan yang mantap dan kokoh pada masyarakat yang ditinggalkan. Semoga amal baik beliau diterima disisi-Nya dan kita yang ditinggalkan bisa meneruskan apa yang menjadi cita-citanya. Amin.

Rabu, 29 Februari 2012

HATI YANG BAIK




Suatu hari pada musim haji, Abdullah bin Mubarak yang sedang
melaksanakan ibadah hAaji di tanah suci tertidur di Masjidil Haram. Dalam
tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan seorang malaikat yang
memberitahunya bahwa ibadah haji umat Islam tahun itu diterima Allah
hanya karena kebaikan seorang tukang sepatu. Sehabis itu Mubarak
terbangun. Betapa penasarannya beliau dengan mimpi itu dan betapa
penasarannya beliau dengan tukang sepatu yang diceritakan malaikat dalam
mimpinya itu. Apa gerangan yang dilakukan tukang sepatu itu sehingga
menyebabkan ibadah haji seluruh umat Islam tahun itu diterima Allah?
Beliau lalu mencari tahu siapa gerangan tukang sepatu itu dan dimana
tempatnya. Hingga akhirnya beliau berhasil menemui tukang sepatu dan
meminta cerita apa amalan yang dilakukannya sehingga mengantarkan
diterimanya ibadah haji seluurh umat Islam tahun itu? Lalu tukang sepatu
itu pun menceritakan ihwalnya, bahwa dia bersama isterinya selama 30
tahun berencana untuk naik haji. Selama itu tiap hari, minggu dan bulan
dia menabung dan mengumpulkan uang untuk biaya naik haji dari jasa
membuat dan memperbaiki sepatu.

Tahun ini tabungan hajinya bersama isteri sudah cukup dan dia berencana
untuk naik haji. Namun apa yang terjadi?

Suatu hari isterinya mencium bau harum masakan dari tetangganya. Karena
penasaran dengan harum masakan itu isteri tukang sepatu itu memberanikan
diri menghampiri tetangga dengan maksud ingin meminta sedikit masakan
sekedar ignin mencicipinya .

"Wahai tetangga yang baik, hari ini saya mencium harumnya masakanmu,
bolehkah saya mencicipi barang sedikit?" pinta isteri tukang sepatu itu
kepada tetangganya.

"Tuan puteri yang baik, masakan ini tidak halal bagimu", jawab tetangga.

"Mengapa tidak halal?" tanya isteri tukang sepatu itu dengan penasaran.

"Daging yang kami masak adalah bangkai yang kami temukan di jalan. Kami
tidak tega melihat anak-anak kami kelaparan. Kami sudah banting tulang
mencari makanan yang lebih baik, tapi kami tidak menemukannya. Akhirnya
hanya bangkai ini yang kami temukan, lalu kami masak biar anak-anak dan
keluarga kami tidak semakin menderita"

Mendengar cerita itu, isteri tukang sepatu itu sepontan pulang dan
menceritakannya kepada suaminya. Si tukang sepatu tanpa banyak bicara
segera membuka tabungan haji yang dikumpulkannya selama 30 tahun dan
dibawanya ke rumah tetangga. "Wahai tetangga yang baik, ambillah semua
uang ini untuk keperluan makan kamu dan keluargamu, ini lah haji kami",
kata tukang sepatu itu.

Perbuatan mulia tukang sepatu itulah yang dijadikan Allah sebagai
penyebab diterimanya amalan ibadah haji seluruh jamaah haji tahun itu.

****

Kisah di atas, menceritakan betapa hati yang mulia dan baik selalu
mendapatkan tempat yang mulia di mata Allah. Hati yang baik mengantarkan
kepada pemiliknya kepada perbuatan yang baik dan terpuji. Hati yang baik
mendatangkan pahala dan karunia Allah tidak hanya untuk si pemiliknya,
namun juga untuk seluruh umat manusia. Benarlah kata Rasulullah
"Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah, kalau itu baik, maka
baiklah seluruh anggota tubuh".

Hati yang baik bukanlah sekedar karunia dari Allah yang diberikan kepada
orang-orang tertentu saja, namun hati yang baik juga bisa didapatkan
dengan latihan dan pendidikan. Salah satu cara untuk mendapatkan hati
yang baik adalah dengan senantiasa membuka komunikasi hati dan Allah.
Allah adalah Dzat Yang Maha Baik, maka siapapun yang selalu
berkomunikasi kepdaNya akan mendapatkan pancaran kebaikan. Semoga kita
diberi karunia hati yang baik.
  1.  

SALAF DALAM BIRRUL WALIDAIN



Suatu hari, Ibnu Umar melihat seorang yang menggendong ibunya sambil thawaf mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lalu berkata kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.” (Diambil dari kitab al-Kabair, karya adz-Dzahabi)

Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang terkenal sangat berbakti kepada ibunya, sampai-sampai ada orang yang berkata kepadanya, “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu, akan tetapi kami tidak pernah melihatmu makan bersama ibumu.” Beliau menjawab, “Aku takut kalau-kalau tanganku mengambil makanan yang sudah dilirik oleh ibuku. Sehingga aku berarti mendurhakainya.” (Diambil dari kitab Uyunul Akhyar, karya Ibnu Qutaibah)

Abu Hurairah menempati sebuah rumah, sedangkan ibunya menempati rumah yang lain. Apabila Abu Hurairah ingin keluar rumah, maka beliau berdiri terlebih dahulu di depan pintu rumah ibunya seraya mengatakan, “Keselamatan untukmu, wahai ibuku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Ibunya menjawab, “Dan untukmu keselamatan wahai anakku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Abu Hurairah kemudian berkata, “Semoga Allah menyayangimu karena engkau telah mendidikku semasa aku kecil.” Ibunya pun menjawab, “Dan semoga Allah merahmatimu karena engkau telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut.” Demikian pula yang dilakukan oleh Abu Hurairah ketika hendak memasuki rumah.” (Diambil dari kitab Adab al-Mufrad, karya Imam Bukhari)

Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata sang Ibu sudah ketiduran. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air tersebut hingga pagi.” (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)

Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Ada seorang yang pulang dari bepergian, dia sampai di rumahnya bertepatan dengan ibunya berdiri mengerjakan shalat. Orang tersebut enggan duduk padahal ibunya berdiri. Mengetahui hal tersebut sang ibu lantas memanjangkan shalatnya, agar makin besar pahala yang di dapatkan anaknya. (Diambil dari Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)

Haiwah binti Syuraih adalah seorang ulama besar, suatu hari ketika beliau sedang mengajar, ibunya memanggil. “Hai Haiwah, berdirilah! Berilah makan ayam-ayam dengan gandum.” Mendengar panggilan ibunya beliau lantas berdiri dan meninggalkan pengajiannya. (Diambil dari al-Birr wasilah, karya Ibnu Jauzi)

Kahmas bin al-Hasan at-Tamimi melihat seekor kalajengking berada dalam rumahnya, beliau lantas ingin membunuh atau menangkapnya. Ternyata beliau kalah cepat, kalajengking tersebut sudah masuk ke dalam liangnya. Beliau lantas memasukkan tangannya ke dalam liang untuk menangkap kalajengking tersebut. Beliaupun tersengat kalajengking. Melihat tindakan seperti itu ada orang yang berkomentar, “Apa yang kau maksudkan dengan tindakan seperti itu.” Beliau mengatakan, “Aku khawatir kalau kalajengking tersebut keluar dari liangnya lalu menyengat ibuku.” (Diambil dari kitab Nuhzatul Fudhala’)

Muhammad bin Sirin mengatakan, di masa pemerintahan Ustman bin Affan, harga sebuah pohon kurma mencapai seribu dirham. Meskipun demikian, Usamah bin Zaid membeli sebatang pohon kurma lalu memotong dan mengambil jamarnya. (bagian batang kurma yang berwarna putih yang berada di jantung pohon kurma). Jamar tersebut lantas beliau suguhkan kepada ibunya. Melihat tindakan Usamah bin Zaid, banyak orang berkata kepadanya, “Mengapa engkau berbuat demikian, padahal engkau mengetahui bahwa harga satu pohon kurma itu seribu dirham.” Beliau menjawab, “Karena ibuku meminta jamar pohon kurma, dan tidaklah ibuku meminta sesuatu kepadaku yang bisa ku berikan pasti ku berikan.” (Diambil dari Shifatush Shafwah)

Hafshah binti Sirin mengatakan, “Ibu dari Muhammad bin Sirin sangat suka celupan warna untuk kain. Jika Muhammad bin Sirin memberikan kain untuk ibunya, maka beliau belikan kain yang paling halus. Jika hari raya tiba, Muhammad bin Sirin mencelupkan pewarna kain untuk ibunya. Aku tidak pernah melihat Muhamad bin Sirin bersuara keras di hadapan ibunya. Apabila beliau berkata-kata dengan ibunya, maka beliau seperti seorang yang berbisik-bisik. (Diambil dari Siyar A’lam an-Nubala’, karya adz-Dzahabi).

Ibnu Aun mengatakan, “Suatu ketika ada seorang menemui Muhammad bin Sirin pada saat beliau sedang berada di dekat ibunya. Setelah keluar rumah beliau bertanya kepada para sahabat Muhammad bin Sirin, “Ada apa dengan Muhammad, apakah dia mengadukan suatu hal? Para sahabat Muhammad bin Sirin mengatakan, “Tidak. Akan tetapi memang demikianlah keadaannya jika berada di dekat ibunya.” (Diambil dari Siyar A’lamin Nubala’, karya adz-Dzahabi)

Humaid mengatakan, tatkala Ibu dari Iyas bin Muawiyah meninggal dunia, Iyas menangis, ada yang bertanya kepada beliau, “Mengapa engkau menangis?” Beliau menjawab, “Aku memiliki dua buah pintu yang terbuka untuk menuju surga dan sekarang salah satu pintu tersebut sudah tertutup.” (Dari kitab Bir wasilah, karya Ibnul Jauzi)


Senin, 27 Februari 2012

SEGARNYA TELAGA HATI

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya. Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.
“Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya “, ujar pak tua.
“Pahit, pahit sekali,” jawab pemuda itu sambil meludah ke samping.
Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingandan akhirnya sampai ketepi telaga yg tenang itu. Sesampai disana, Paktua itu kembali menaburkan serbuk pahit ketelaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.
“Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah.”
Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya, “Bagaimana rasanya ?”
“Segar,” sahut si pemuda.
“Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?” tanya pak tua.
“Tidak,” sahut pemuda itu.
Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata: “Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan, lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak tua itu lalu kembali menasehatkan : “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.”

Aku Rasa Belum Beribadah


Aduh, bila aku menghadap-Mu Tuhan di waktu ibadah,
Hatiku pun mula rasa susah dan gelisah,
Aku pun mula bimbang bagaimana nanti aku menyembah-Mu, bersopankah atau sebaliknya,
Kalau aku lakukan juga, jawapannya tentu sama,
Macam-macam rasa di dalam jiwaku,
Takut, bimbang, gelisah dan resah,
Apabila selesai, aku rasa belum beribadah,
Hatiku susah dan gundah-gulana,
Tapi apakan daya, setakat itulah yang terdaya,
Takkan aku hendak mengulanginya sekali lagi,
Nilai ibadahku,
Macam tadi juga,
Kerana itulah Tuhan, setiap kali lepas sembahyang,
Aku dahulukan memohon ampun kepada-Mu terhadap sembahyangku, selepas itu baharulah dosa-dosaku,
Begitulah juga Tuhan selepasku membuat dosa,
Hatiku lagi parah, susah dan gelisah,
Tapi aku ini lemah bermujahadah,
Selepas itu aku ulangi lagi membuat salah,
Hatiku susah lagi dan gundah
Tuhan! Engkau tampunglah ibadahku mana yang kurang,
Maafkan aku yang tidak sempurna,
Ampunkan aku mana yang terlanjur,
Kerana hal itu bukan aku suka,
Itulah kelemahanku,
Engkau pun tahu,
Rahmat-Mulah yang aku pinta

Minggu, 26 Februari 2012

TERUNTUK IBUNDA DI SELURUH DUNIA


ntuk Ibunda Di Seluruh Dunia

Pada suatu hari, ketika Hasan al-Bashri thawaf di Ka’bah, Makkah, beliau bertemu dengan seorang pemuda yang memanggul keranjang di punggungnya. Beliau bertanya padanya apa isi keranjangnya. “Aku menggendong ibuku di dalamnya,” jawab pemuda itu. “Kami orang miskin. Selama bertahun-tahun, ibuku ingin beribadah haji ke Ka’bah, tetapi kami tak dapat membayar ongkos perjalanannya. Aku tahu persis keinginan ibuku itu amat kuat. Ia sudah terlalu tua untuk berjalan, tetapi ia selalu membicarakan Ka’bah, dan kapan saja ia memikirkannya, air matanya bergelinang. Aku tak sampai hati melihatnya seperti itu, maka aku membawanya di dalam keranjang ini sepanjang perjalanan dari Suriah ke Baitullah. Sekarang, kami sedang thawaf di Ka’bah! Orang-orang mengatakan bahwa hak orangtua sangat besar. Pemuda itu bertanya, “Ya Imam, apakah aku dapat membayar jasa ibuku dengan berbuat seperti ini untuknya?” Hasan al-Bashri menjawab, “Sekalipun engkau berbuat seperti ini lebih dari tujuh puluh kali, engkau takkan pernah dapat membayar sebuah tendanganmu ketika engkau berada di dalam perut ibumu!”

“Kasih ibu kepada beta

Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi

Tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia”

***

Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

*********

PEMIMPIN ADALAH PELAYAN



“Imam al-Qawm Khadimuhum” (Pemimpin rakyat adalah pelayan mereka), begitu kata pepatah Arab yang diajarkan Kiyai kepada para santrinya.  Farid Essac dalam bukunya “On Being A Muslim”, mengutip cerita sangat menarik dari Imam Al Ghazali. “Dua orang sahabat ; Abu Ali dan Abdullah pergi ke luar kota. Sesuai petunjuk Nabi Abdullah mengusulkan agar ada orang yang memimpin perjalanan. Abu Ali merasa Abdullah pantas memimpin, karena dia memiliki kualifikasi sebagai pemimpin, antara lain: berilmu, berakhlaq baik, tegas, dan pelindung. Abdullah tidak menolak atas saran temannya itu.
Sebelum berangkat kedua orang itu mempersiapkan bekal yang dukup untuk perjalanan mereka. Adullah mulai tampil memerankan diri sebagai pemimpin. Dia mengangkat satu karung padat berisi bekal perjalanan itu. Ketika Abu Ali menawarkan diri untuk membawanya, Abdullah menolak sambil mengatakan : “Akulah yang membawanya. Bukankah aku sudah siap memimpin?. Kamu harus mematuhi aku”. Abu Ali mengangguk dan tak bisa berkata apa-apa. Mereka berjalan kaki melintasi gurun pasir dan lembah sampai malam tiba. Mereka singgah untuk bermalam di balik batu gunung. Abdullah meminta Abu Ali tidur lebih dulu. Manakala kemudian Abdullah bersiap merebahkan tubuhnya, tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Abdullah segera bertindak, berdiri di atas kepala Abu Ali dan melindunginya dengan mantelnya. Abu Ali terbangun dan berkata kepada dirinya sendiri : “kamu memang pemimpin”.
Abdullah terus berdiri sepanjang malam dalam keadaan basah kuyup sampai hujan mereda. Pikirannya selalu berkata bahwa seorang pemimpin adalah pelayan dan pelindung. Kalimat ”Imam al Qawmi Khadimuhum” yang pernah disampaikan gurunya selalu berdengung di kepalanya.
Kita sudah lama tidak menemukan seorang pemimpin seperti Abdullah. Yang paling populer adalah sebaliknya ; rakyat menjadi pelayan dan melindungi pemimpinnya. Semoga Allah mengampuni dan merahmati Abdullah. Semoga pula akan banyak orang seperti Abdullah

Kamis, 16 Februari 2012

AL FIRQOH AN-NAJIYYAH

oleh 'Afive Yahya Azyusid pada 10 Februari 2012 pukul 2:22 ·
الفرقة الناجية هي التي تلتزم منهاج رسول الله صلى الله عليه و سلم في حياته، و منهاج أصحابه من بعده
“Golongan yang selamat adalah golongan yang setia mengikuti manhaj (jalan) Rasulullah shalallahu shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hidupnya, serta manhaj para shahabat sesudahnya.”
Yaitu Al-Qur’anul Karim yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada RasulNya, yang beliau jelaskan kepada para shahabatnya dalam hadits-hadits shahih. Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya,
تركتُ فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما : كتاب الله و سنتي، و لن يتفرقا حتى يردا عليّ الحوض. (صححه الألباني في الجامع)
“Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga (Surga).” (Di-shahih-kan Al-Albani dalam Kitab Shahihul Jami’)
Kedua,
الفرقة الناجية تعود إلى كلام الله و رسوله حين التنازع و الاختلاف
“Golongan yang selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan RasulNya di saat terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka.”
Sebagai realisasi dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59)
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’: 65)
Ketiga,
الفرقة الناجية لا تُقدم كلام أحد على كلام الله و رسوله
“Golongan yang selamat tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Kalamullah dan RasulNya.”
Realisasi dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata,
أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)
“Aku mengira mereka akan binasa! Aku mengatakan, ‘Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sedang kalian mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan selainnya, dan di-shahih-kan Ahmad Syakir)
Keempat,
الفرقة الناجية تعتبر التوحيد
“Golongan yang selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid.”
Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan beribadah, berdoa, dan memohon pertolongan -baik dalam masa sulit maupun lapang-, menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbagai bentuk ibadah lain yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyyah yang benar. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala symbol-simbolnya yang banyak ditemui di negara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya. Hal-hal di atas merupakan teladan dari para rasul dan Rasul kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelima,
الفرقة الناجية يحيون سُنن الرسول صلى الله علسه و سلم في عبادتهم و سلوكهم و حياتهم
“Golongan yang selamat senang dengan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya.”
Oleh karena itu mereka menjadi orang-orang yang asing di tengah kaumnya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
إن الاسلام بدأ غريبا و سيعود غريبا كما بدأ ، فطوبى للغرباء. (رواه مسلم)
“Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaanya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan,
فطوبى للغرباء, الذين يصلحون إذا فسد الناس
“Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak.” (Al-Albani berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih.”)
Keenam,
الفرقة الناجية لا تتعصب إلا لكلام الله و كلام رسوله المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى
“Golongan yang selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang berbicara dengan tidak mengikuti hawa nafsu.”
Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
كلّ بني آدم خطاء و خير الخطائين التوابون
“Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad)
Imam Malik rahimahullah berkata, “Tidak seorang pun sesudah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melainkan ucapannya diambil atau ditinggalkan (ditolak) kecuali Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (yang ucapannya selalu diambil dan diterima).”
Ketujuh,
الفرقة الناجية هم أهل الحديث
“Golongan yang selamat adalah para ahli hadits.”
Tentang mereka, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق ، لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله. (رواه مسلم)
“Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim)
Seorang penyair berkata,
أهل الحديث همُ أهل النبيِّ و إن
لم يصحبوا نفسه أنفاسه صَحِبوا
“Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa mereka bergaul dengannya.”
Kedelapan,
الفرقة الناجية تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
“Golongan yang selamat menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.”
Golongan yang selamat mengambil fiqih (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur’an, hadits-hadits yang shahih, dan pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih. Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.
Kesembilan,
الفرقة الناجية تأمر بالمعروف، و تنهى عن المنكر
“Golongan yang selamat menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.”
Mereka melarang segala jalan bid’ah dan sekte-sekte yang menghancurkan serta memecah belah umat. Baik bid’ah dalam hal agama maupun dalam hal sunnah Rasul dan para shahabatnya.
Kesepuluh,
الفرقة الناجية تدعو المسلمين أن يكونوا من المتمسكين بسنة الرسول صلى الله عليه و سلم و أصحابه
“Golongan yang selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya.”
Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk surga atas anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan syafa’at Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam -dengan izin Allah-.
Kesebelas,
الفرقة الناجية تنكر القوانين الوضعية التي هي من وَضع البشر
“Golongan yang selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia.”
Sebab undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Golongan yang selamat mengajak manusia berhukuk kepada Kitabullah yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang masa.
Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, kemerosotan, dan mundurnya khususnya dunia Islam, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firmanNya,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Keduabelas,
الفرقة الناجية : تدعو المسلمين جكيعا إلى الجهاد في سبيل الله
“Golongan yang selamat mengajak seluruh umat Islam berjihad di jalan Allah.”
Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan:
1. Jihad dengan lisan dan tulisan:
Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih, tauhid yang murni dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan tentang hal yang menimpa umat Islam ini.
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي بالمشركين ، و حتى تعبد قبائل من أمتي الأوثان. (صحيح رواه أبو داود وورد معناه في مسلم)
“Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga kelompok-kelompok dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sehinnga kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala.” (Hadits shahih, riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim)
2. Jihad dengan harta:
Menginfakkan harta untuk penyebaran dan perluasan ajaran Islam, mencetak buku-buku dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa makanan, pakaian atau keperluan lain yang dibutuhkan.
3. Jihad dengan jiwa:
Bertempur dan ikut berpartisipasi di medanpeperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah (laa ilaaha illallah) tetap jaya sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina. Dalam hubungannya dengan ketiga perincian jihad di atas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dalam sabdanya,
جاهدوا المشركين بأموالكم و أنفسكم و ألسنتكم. (صحيح رواه أبو داود)
“Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu.” (HR. Abu Daud, hadits shahih)
Adapun hukum jihad di jalan Allah adalah:
1. Fardhu ‘ain
Berupa perlawanan terhadap musuh-musuh yang melakukan agresi ke beberapa negara Islam wajib dihalau. Aggressor-agresor Yahudi misalnya, yang merampas tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam yang memiliki kemampuan dan kekuatan -jika berpangku tangan- ikut berdosa, sampai orang-orang Yahudi laknatullah ‘alaihim itu enyah dari wilayah Palestina. Maka harus berupaya mengembalikan Masjid Al-Aqsa ke pangkuan umat Islam dengan kemampuan yang ada, baik dengan harta maupun dengan jiwa.
2. Fardhu kifayah
Jika sebagian umat Islam telah ada yang melakukannya maka sebagian yang lain, kewajibannya menjadi gugur. Seperti dakwah mengembangkan misi Islam ke negara-negara lain, sehingga berlaku hukum-hukum Islam di segenap penjuru dunia. Barangsiapa menghalangi jalan dakwah ini, ia harus diperangi, sehingga dakwah Islam dapat berjalan lancar.
Minhaj Al-Firqoh An-Najiyyah Wa Ath-Thaifah Al-Manshurah karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah hal. 6-9

APAKAH SHOLAT ITU?

Ali bin Abi Talib r.a. berkata, “Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin
dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah Satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, ‘Ya
Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah
kepada Nabi Musa A.S. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat
muqarrab.’
Lalu Rasullullah SAW bersabda, ‘Silahkan bertanya.’
Berkata orang Yahudi, ‘Coba terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah
ke atas umatmu.’
Sabda Rasullullah saw, ‘Shalat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu
kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah Saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat
Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat
Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah
akan mengkabulkan Permintaanya. Shalat Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul
sebelumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini kerana apabila matahari terbit,
terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.’
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah saw, lalu mereka berkata, ‘Memang
benar apa yang kamu katakan itu Muhammad.katakan kepada kami apakah pahala yang akan
diperoleh oleh orang yang shalat.’
Rasullullah SAW bersabda, ‘Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat
Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat pada
ketika itu akan diharamkan ke atasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.’
Sabda Rasullullah saw lagi, manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan
buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan diampunkan dosanya seperti
bayi yang baru lahir.’
Selepas itu Rasullullah saw membaca ayat yang bermaksud, ‘Jagalah waktu-waktu shalat terutama
sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s.
diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu
daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.’
Sabda Rasullullah saw, ‘Shalat Isya’ (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu
juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi
menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah S.W.T harmkan dirianya daripada terkena nyala api
neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath.’
Sabda Rasullullah saw seterusnya, ‘Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan shalat
Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah S.W.T dua kebebasan
yaitu:
1. Dibebaskan daripada api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.

tulisan ini hanya sekedar untuk bahan renungan dan pijakan kita yang terpenting adalah ridho Allah SWT

Sholat Rahasia

Kita sembahyang lima waktu sehari semalam tahukah kita setiap perbuatan yang kita lakukan semasa sembahyang sebenarnya ada rahsia disebaliknya.
Niat Sembahyang:- Sebenarnya memeliharakan taubat kita dari dunia dan akhirat
Berdiri Betul :- Fadilatnya ketika mati dapat meluaskan tempat kita didalam kubur
Takbiratul Ihram :- Fadilatnya sebagai pelita yang menerangi kita didalam kubur
Fatihah :- Sebagai pakaian yang indah-indah didalam kubur.
Rukuk :- Sebagai tikar kita didalam kubur
Iktidal :- Akan memberi minuman air dari telaga al-kautsarketika didalam kubur
Sujud :- Memagar kita ketika menyeberangi titian sirotul mustaqim
Duduk Antara Dua Sujud :- Akan menaung panji-panji nabi kita didalam kubur.
Duduk Antara Dua Sujud ( akhir ):- Menjadi kenderaan ketika kita dipadang masyar
Tahiyat Akhir :- Sebagai penjawab bagi setiap Persoalan yang akan di tanyakan oleh mungkar dan nangkir didalam kubur.
Selawat Nabi :- Sebagai pendingin api neraka didalam kubur
Salam :- Memelihara kita didalam kubur
Tertib :- Mau bertemu dengan Allah Maka peliharalah solat

Senin, 13 Februari 2012

5 WASIAT DARI ALLAH S.W.T. KEPADA RASULULLAH S.A.W

Dari Nabi S.A.W., "Pada waktu malam saya diisrakkan sampai ke langit, Allah S.W.T telah memberikan lima wasiat, antaranya :
 
         Janganlah engkau gantungkan hatimu kepada dunia kerana sesungguhnya Aku tidak menjadikan dunia ini untuk engkau. 
         Jadikan cintamu kepada-Ku sebab tempat kembalimu adalah kepada-Ku. 
         Bersungguh-sungguhlah engkau mencari syurga. 
         Putuskan harapan dari makhluk kerana sesungguhnya mereka itu sedikitpun tidak ada kuasa di tangan mereka. 
         Rajinlah mengerjakan sembahyang tahajjud kerana sesungguhnya pertolongan itu berserta qiamullail. 
 
Ibrahim bin Adham berkata, "Telah datang kepadaku beberapa orang tetamu, dan saya tahu mereka itu adalah wakil guru tariqat. Saya berkata kepada mereka, berikanlah nasihat yang berguna kepada saya, yang akan membuat saya takut kepada Allah S.W.T.
Lalu mereka berkata, "Kami wasiatkan kepada kamu 7 perkara, iaitu :
 
         Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan sangat kesedaran hatinya. 
         Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan sangat kata-kata himat darinya. 
         Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan sangat kemanisan ibadahnya. 
         Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan sangat khusnul khatimahnya. 
         Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan sangat akan hidup hatinya. 
         Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan sangat kelurusan agamanya. 
 
         Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan sangat akan keredhaan Allah daripadanya." 
 

LISAN AL QURAN

Semoga Catatan ini bisa menjadi bahan Renungan Buat Kita Tentang
Pentingnya menjaga Lidah Kita karena kelak semua yang keluar dari mulut kita akan 
dimintai pertangungjawaban 
Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala : 
Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam 
Rasulullah sallAllahu ‘alaIhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya 
melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah  seorang ibu yang sudah 
tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya 
beberapa saat. 
Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin 
Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun  jawabannya tidak 
tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas  dari konteks pertanyaan 
yang diajukan kepadanya. 
Abdullah : Assalamu’alaikum warahmaTULLOHI wabarakaatuh. 
Wanita tua : Salaamun qoulan min robbi rohiim. (QS. Yaasin : 58) (artinya : Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih) 
Abdullah : Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini? 
Wanita tua : Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu. (QS : Al-A’raf : 186 ) (Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya) 
Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan. 
Abdullah : Kemana anda hendak pergi? 
Wanita tua : Subhanalladzi asra bi abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa. (QS. Al-Isra : 1) (Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa) 
Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa. 
Abdullah : Sudah berapa lama anda berada di sini? 
Wanita tua : Tsalatsa layaalin sawiyya (QS. Maryam : 10) (Selama tiga malam dalam keadaan sehat) 
Abdullah : Apa yang anda makan selama dalam perjalanan? 
Wanita tua : Huwa yut imuni wa yasqiin. (QS. As-syuara : 79) (Dialah pemberi aku makan dan minum) 
Abdullah : Dengan apa anda melakukan wudhu? 
Wanita tua : Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu shO ‘idan thoyyiban (QS. Al-Maidah :6) 
(Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih) 29 
 
Abdulah : Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya? 
Wanita tua : Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil. (QS. Al-Baqarah : 187) (Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam) 
Abdullah : Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa? 
Wanita tua : Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim. (QS. Al-‘
Baqarah:158) (Barang siapa melakukan sunnah lebih baik) 
Abdullah : Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir? 
Wanita tua : Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum talamuun. (QS. Al-Baqarah : 
184) (Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui) 
Abdullah : Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya? 
Wanita tua : Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun atiid. (QS. Qaf : 18) (Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid) 
Abdullah : Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu? 
Wanita tua : Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sama wal bashoro wal fuaada, kullu 
ulaaika kaana anhu masula. (QS. Al-Isra : 36) (Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu 
ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan) 
Abdullah : Saya telah berbuat salah, maafkan saya. 
Wanita tua : Laa tastriiba alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum. (QS.Yusuf : 92) (Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu) 
Abdullah : Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan 
perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.
Wanita tua : Wa maa taf’alu min khoirin ya’lamhullah.(QS Al-Baqoroh : 197) (Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya) 
Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata : 
Wanita tua : Qul lil mu’miniina yaghdudhu min abshoorihim. (QS. An-Nur : 30) 
(Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka) 
Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai 
untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. 
Wanita itu berucap lagi. 
Wanita tua : Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum. (QS. Asy-
Syura 30) (Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri) 
Abdullah : Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu. 
Wanita tua : Fa fahhamnaaha sulaiman. (QS. Anbiya 79) (Maka kami telah memberi 
pemahaman pada nabi Sulaiman) 
Selesai mengikat unta itu saya pun mempersilahkan wanita tua itu naik. 
Abdullah : Silahkan naik sekarang. 
Wanita tua : Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila 
robbinaa munqolibuun. (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (Maha suci Tuhan yang telah 30 
 
menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya 
kami akan kembali pada tuhan kami) 
Saya pun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita 
tua itu berkata lagi. 
Wanita tua : Waqshid fi masyika waghdud min shoutik (QS. Lukman : 19) (Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu) 
Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu 
berucap. 
Wanita tua : Faqraa-u maa tayassara minal quraan (QS. Al- Muzammil : 20) (Bacalah 
apa-apa yang mudah dari Al-Quran) 
Abdullah : Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak. 
Wanita tua : Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab. (QS Al-Baqoroh : 269) (Dan 
tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu) 
Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya. 
Abdullah : Apakah anda mempunyai suami?
Wanita tua : Laa tas-alu an asy ya-a in tubda lakum tasu’kum (QS. Al-Maidah : 101) 
(Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu) 
Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya. 
Abdullah : Adakah orang anda berada dalam kafilah itu? 
Wanita tua : Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya. (QS. Al-Kahfi : 46) (Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia) 
Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak. 
Abdullah : Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini? 
Wanita tua : Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun (QS. An-Nahl : 16) (Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk) 
Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji 
mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan. 
Abdullah : Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini? 
Wanita tua : Wattakhodzallahu ibrohima khalilan(QS. An-Nisa : 125) (Kami jadikan 
ibrahim itu sebagai yang dikasihi) Wakallamahu musa takliima (QS. An-Nisa : 146) 
(Dan Allah berkata-kata kepada Musa) Ya yahya khudil kitaaba biquwwah (QS. Maryam 
: 12) (Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh) 
Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah 
anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang 
baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita 
itu. 31 
 
Wanita tua : Fab’atsu ahadakuM bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa 
thoaaman fal yatikum bi rizkin minhu. (QS. Al-Kahfi : 19) (Maka suruhlah salah seorang 
dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih 
baik agar ia membawa makanan itu untukmu) 
Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu 
menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata : 
Wanita tua : Kuluu wasyrobuu haniian bima aslaftum fil ayyamil kholiyah (QS. Al-
Haqqah : 24) (Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu 
kerjakan di hari-hari yang telah lalu) 
Abdullah : Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya 
sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.
Ketiga anak muda ini secara serempak berkata : 
Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara 
mempergunakan ayat-ayat Al-Quran, hanya karena khawatir salah bicara. 
Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya 
saya pun berucap : 
Fadhluhu yu’tihi man yasyaa Wallaahu dzul fadhlil adhiim. (QS. Al-Hadid : 21) 
(Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah 
pemberi karunia yang besar)

Minggu, 12 Februari 2012

AL FIRQOH AN-NAJIYYAH ·


الفرقة الناجية هي التي تلتزم منهاج رسول الله صلى الله عليه و سلم في حياته، و منهاج أصحابه من بعده
“Golongan yang selamat adalah golongan yang setia mengikuti manhaj (jalan) Rasulullah shalallahu shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hidupnya, serta manhaj para shahabat sesudahnya.”
Yaitu Al-Qur’anul Karim yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada RasulNya, yang beliau jelaskan kepada para shahabatnya dalam hadits-hadits shahih. Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya,
تركتُ فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما : كتاب الله و سنتي، و لن يتفرقا حتى يردا عليّ الحوض. (صححه الألباني في الجامع)
“Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga (Surga).” (Di-shahih-kan Al-Albani dalam Kitab Shahihul Jami’)
Kedua,
الفرقة الناجية تعود إلى كلام الله و رسوله حين التنازع و الاختلاف
“Golongan yang selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan RasulNya di saat terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka.”
Sebagai realisasi dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59)
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’: 65)
Ketiga,
الفرقة الناجية لا تُقدم كلام أحد على كلام الله و رسوله
“Golongan yang selamat tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Kalamullah dan RasulNya.”
Realisasi dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata,
أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)
“Aku mengira mereka akan binasa! Aku mengatakan, ‘Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sedang kalian mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan selainnya, dan di-shahih-kan Ahmad Syakir)
Keempat,
الفرقة الناجية تعتبر التوحيد
“Golongan yang selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid.”
Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan beribadah, berdoa, dan memohon pertolongan -baik dalam masa sulit maupun lapang-, menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbagai bentuk ibadah lain yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyyah yang benar. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala symbol-simbolnya yang banyak ditemui di negara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya. Hal-hal di atas merupakan teladan dari para rasul dan Rasul kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelima,
الفرقة الناجية يحيون سُنن الرسول صلى الله علسه و سلم في عبادتهم و سلوكهم و حياتهم
“Golongan yang selamat senang dengan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya.”
Oleh karena itu mereka menjadi orang-orang yang asing di tengah kaumnya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
إن الاسلام بدأ غريبا و سيعود غريبا كما بدأ ، فطوبى للغرباء. (رواه مسلم)
“Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaanya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan,
فطوبى للغرباء, الذين يصلحون إذا فسد الناس
“Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak.” (Al-Albani berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih.”)
Keenam,
الفرقة الناجية لا تتعصب إلا لكلام الله و كلام رسوله المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى
“Golongan yang selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang berbicara dengan tidak mengikuti hawa nafsu.”
Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
كلّ بني آدم خطاء و خير الخطائين التوابون
“Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad)
Imam Malik rahimahullah berkata, “Tidak seorang pun sesudah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melainkan ucapannya diambil atau ditinggalkan (ditolak) kecuali Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (yang ucapannya selalu diambil dan diterima).”
Ketujuh,
الفرقة الناجية هم أهل الحديث
“Golongan yang selamat adalah para ahli hadits.”
Tentang mereka, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق ، لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله. (رواه مسلم)
“Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim)
Seorang penyair berkata,
أهل الحديث همُ أهل النبيِّ و إن
لم يصحبوا نفسه أنفاسه صَحِبوا
“Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa mereka bergaul dengannya.”
Kedelapan,
الفرقة الناجية تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
“Golongan yang selamat menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.”
Golongan yang selamat mengambil fiqih (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur’an, hadits-hadits yang shahih, dan pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih. Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.
Kesembilan,
الفرقة الناجية تأمر بالمعروف، و تنهى عن المنكر
“Golongan yang selamat menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.”
Mereka melarang segala jalan bid’ah dan sekte-sekte yang menghancurkan serta memecah belah umat. Baik bid’ah dalam hal agama maupun dalam hal sunnah Rasul dan para shahabatnya.
Kesepuluh,
الفرقة الناجية تدعو المسلمين أن يكونوا من المتمسكين بسنة الرسول صلى الله عليه و سلم و أصحابه
“Golongan yang selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya.”
Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk surga atas anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan syafa’at Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam -dengan izin Allah-.
Kesebelas,
الفرقة الناجية تنكر القوانين الوضعية التي هي من وَضع البشر
“Golongan yang selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia.”
Sebab undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Golongan yang selamat mengajak manusia berhukuk kepada Kitabullah yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang masa.
Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, kemerosotan, dan mundurnya khususnya dunia Islam, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firmanNya,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Keduabelas,
الفرقة الناجية : تدعو المسلمين جكيعا إلى الجهاد في سبيل الله
“Golongan yang selamat mengajak seluruh umat Islam berjihad di jalan Allah.”
Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan:
1. Jihad dengan lisan dan tulisan:
Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih, tauhid yang murni dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan tentang hal yang menimpa umat Islam ini.
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي بالمشركين ، و حتى تعبد قبائل من أمتي الأوثان. (صحيح رواه أبو داود وورد معناه في مسلم)
“Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga kelompok-kelompok dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sehinnga kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala.” (Hadits shahih, riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim)
2. Jihad dengan harta:
Menginfakkan harta untuk penyebaran dan perluasan ajaran Islam, mencetak buku-buku dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa makanan, pakaian atau keperluan lain yang dibutuhkan.
3. Jihad dengan jiwa:
Bertempur dan ikut berpartisipasi di medanpeperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah (laa ilaaha illallah) tetap jaya sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina. Dalam hubungannya dengan ketiga perincian jihad di atas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dalam sabdanya,
جاهدوا المشركين بأموالكم و أنفسكم و ألسنتكم. (صحيح رواه أبو داود)
“Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu.” (HR. Abu Daud, hadits shahih)
Adapun hukum jihad di jalan Allah adalah:
1. Fardhu ‘ain
Berupa perlawanan terhadap musuh-musuh yang melakukan agresi ke beberapa negara Islam wajib dihalau. Aggressor-agresor Yahudi misalnya, yang merampas tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam yang memiliki kemampuan dan kekuatan -jika berpangku tangan- ikut berdosa, sampai orang-orang Yahudi laknatullah ‘alaihim itu enyah dari wilayah Palestina. Maka harus berupaya mengembalikan Masjid Al-Aqsa ke pangkuan umat Islam dengan kemampuan yang ada, baik dengan harta maupun dengan jiwa.
2. Fardhu kifayah
Jika sebagian umat Islam telah ada yang melakukannya maka sebagian yang lain, kewajibannya menjadi gugur. Seperti dakwah mengembangkan misi Islam ke negara-negara lain, sehingga berlaku hukum-hukum Islam di segenap penjuru dunia. Barangsiapa menghalangi jalan dakwah ini, ia harus diperangi, sehingga dakwah Islam dapat berjalan lancar.
Minhaj Al-Firqoh An-Najiyyah Wa Ath-Thaifah Al-Manshurah karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah hal. 6-9