PROGRAM UMROH DAN HAJI SETIAP TAHUNNYA

Program Haji dan Umroh Setiap Tahunnya

PROGRAM UMROH DAN HAJI SETIAP TAHUNNYA

Program Haji dan Umroh Setiap Tahunnya

Sabtu, 15 Oktober 2011

Hikmahnya Perjalanan

Aku langkahkan kaki ini seperti orang yang tidak mempunyai daya apapun
Apa lagi tiada arti ilmu yang aku bawa ini dibandingkan dengan cara beliau bicara
Itupun baru beliau bicara aku belum melihat cara beliau membawa ilmunya
Sungguh aku terkejut beliau cara melambaikan tangan dan melangkahkan kakinya

Subhanallah begitu indah ,begitu lembut lambaiyan dan langkahnya
Seandainya bisah melihat ilmunya ……… terus mau bilang apa
Ya ……Allah hanya Engkau yang lebih tahu segala kerahasian hamba ini
Sungguh sombong sekali bila berteriak ……… ini lho yang benar

Ya …..Allah ampuni semuai dosa kami kekufuran kami syirik kami
Sungguh Maha Agung ,Maha Rahmat ,Maha Rahim ,Maha Pengampun
Amat sangat rugi hamba Mu ini ya ……Allah ,kalau tidak mengenal Mu……
Nikmat Engkau pinjamkan ,Agama Engkau berikan ,amanah jadi tanggungan

Berikanlah kekuatan hamba ini untuk membawa ketaqwaan
Berikanlah kekuatan hamba ini untuk mendiri sholat ,menjaga sholat
Berikanlah kemudahan dimana saja kami berada ,dunia dan ahirat
Berikanlah kekuatan hamba ini sebagai pembawa amanah ya … Allah

Terjawab sudah arti hamba yang beragama dan tidak beragama
Terjawab sudah arti hamba yang pandai dan yang bodoh
Terjawab sudah arti hamba yang arif dan bijak
Terjawab sudah arti pembawa amanah dan pemilik amanah

Perjalanan ku begitu juga perjalanan mu, tidak ada cerita baru dalam hidup ini
Awalin sampai dengan akhirin sama ceritanya itulah tulisan illahi
Satu persatu Engkau perlihatkan bukti kekuasaan Mu..ya..Rabb
Hanya perbedaan kekuatan iman ,ada yang kuat, lemah dan tidak punya iman

Hari demi hari …… lebih jelas hamba ini sebagai pembawa amanah
Kapan hamba ini harus kembali atau kapan hamba ini bersujud
Ya …… Allah ……. berikan kesempatan untuk sisa umur kami
Ya …... Allah ……. Berikan kemudahan untuk sisa umur kami

Kamis, 29 September 2011

Perjalanan KH. Mustofa Bisri

Oleh : KH. Mustofa Bisri

Berkenaan dengan haul Simbah KH. Abdullah Salam Kajen, rahimahuLlah, aku turunkan kembali tulisanku saat itu. Saat kudengar kepulangan orang hebat ini ke hadirat Ilahi 25 Sya'ban 1422. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

         Di Surabaya, dalam perjalanan pulang dari Jember, saya mendapat telpon dari anak saya bahwa Mbah Dullah, KH. Abdullah Salam Kajen, telah pulang ke rahamtuLlah. Innaa liLlahi wainnaa ilaiHi raaji’uun! Dikabarkan juga, berdasarkan wasiat almarhum walmaghfurlah, jenazah beliau akan langsung dikebumikan sore hari itu juga.
SubhanaLlah! Selalu saja setiap kali ada tokoh langka yang dicintai banyak orang meninggal, saya merasa seperti anak-anak yang terpukul, lalu hati kecil bicara yang tidak-tidak. Seperti kemarin itu ketika mendengar Mbah Dullah wafat, secara spontan hati kecil saya ‘gerundel’: “Mengapa bukan koruptor dan tokoh-tokoh jahat yang sibuk pamer gagah tanpa mempedulikan kepentingan orang banyak itu yang dicabut nyawanya? Mengapa justru orang baik yang dicintai masyarakat seperti mbah Dullah yang dipanggil?” Astaghfirullah!
Sepanjang perjalanan itu pun saya terus diam dengan pikiran mengembara. Kenangan demi kenangan tentang pribadi mulia mbah Dullah, kembali melela bagai gambar hidup.

Berperawakan gagah. Hidung mancung. Mata menyorot tajam. Kumis dan jenggotnya yang putih perak, menambah wibawanya. Hampir selalu tampil dengan pakaian putih-putih bersih, menyempurnakan kebersihan raut mukanya yang sedap dipandang.

Melihat penampilan dan rumahnya yang tidak lebih baik dari gotakan tempat tinggal santri-santrinya, mungkin orang akan menganggapnya miskin; atau minimal tidak kaya. Tapi tengoklah; setiap minggu sekali pengajiannya diikuti oleh ribuan orang dari berbagai penjuru dan … semuanya disuguh makan.

Selain pengajian-pengajian itu, setiap hari beliau menerima tamu dari berbagai kalangan yang rata-rata membawa masalah untuk dimintakan pemecahannya. Mulai dari persoalan keluarga, ekonomi, hingga yang berkaitan dengan politik. Bahkan pedagang akik dan minyak pun beliau terima dan beliau ‘beri berkah’ dengan membeli dagangan mereka.

Ketika beliau masih menjadi pengurus (Syuriah) NU, aktifnya melebihi yang muda-muda. Seingat saya, beliau tidak pernah absen menghadiri musyawarah semacam Bahtsul masaail, pembahasan masalah-masalah yang berkaitan dengan agama, yang diselenggarakan wilayah maupun cabang. Pada saat pembukaan muktamar ke 28 di Situbondo, panitia meminta beliau –atas usul kiai Syahid Kemadu—untuk membuka Muktamar dengan memimpin membaca Fatihah 41 kali. Dan beliau jalan kaki dari tempat parkir yang begitu jauh ke tempat sidang, semata-mata agar tidak menyusahkan panitia.
Semasa kondisi tubuh beliau masih kuat, beliau juga melayani undangan dari berbagai daerah untuk memimpin khataman Quran, menikahkan orang, memimpin doa, dsb.
Ketika kondisi beliau sudah tidak begitu kuat, orang-orang pun menyelenggarakan acaranya di rumah beliau. Saya pernah kebetulan sowan, agak kaget di rumah beliau ternyata banyak sekali orang. Belakangan saya ketahui bahwa Mbah Dullah sedang punya gawe. Menikahkan tiga pasang calon pengantin dari berbagai daerah.

Mbah Dullah, begitu orang memanggil kiai sepuh haamilul Qur’an ini, meskipun sangat disegani dan dihormati termasuk oleh kalangan ulama sendiri, beliau termasuk kiai yang menyukai musyawarah. Beliau bersedia mendengarkan bahkan tak segan-segan meminta pendapat orang, termasuk dari kalangan yang lebih muda. Beliau rela meminjamkan telinganya hingga untuk sekedar menampung pembicaraan-pembicaraan sepele orang awam. Ini adalah bagian dari sifat tawaduk dan kedermawanan beliau yang sudah diketahui banyak orang.

Tawaduk atau rendah hati dan kedermawanan adalah sikap yang hanya bisa dijalani oleh mereka yang kuat lahir batin, seperti Mbah Dullah. Mereka yang mempunyai (sedikit) kelebihan, jarang yang mampu melakukannya. Mempunyai sedikit kelebihan, apakah itu berupa kekuatan, kekuasaan, kekayaan, atau ilmu pengetahuan, biasanya membuat orang cenderung arogan atau minimal tak mau direndahkan.

Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Berbeda dengan rendah hati yang muncul dari pribadi yang kuat, rendah diri muncul dari kelemahan. Mbah Dullah adalah pribadi yang kuat dan gagah luar dalam. Kekuatan beliau ditopang oleh kekayaan lahir dan terutama batin. Itu sebabnya, disamping dermawan dan suka memberi, Mbah Dullah termasuk salah satu –kalau tidak malah satu-satunya – kiai yang tidak mudah menerima bantuan atau pemberian orang, apalagi sampai meminta. Pantangan. Seolah-olah beliau memang tidak membutuhkan apa-apa dari orang lain. Bukankah ini yang namanya kaya?

Ya, mbah Dullah adalah tokoh yang mulai langka di zaman ini. Tokoh yang hidupnya seolah-olah diwakafkan untuk masyarakat. Bukan saja karena beliau punya pesantren dan madrasah yang sangat berkualitas; lebih dari itu sepanjang hidupnya, mbah Dullah tidak berhenti melayani umat secara langsung maupun melalui organisasi (Nahdlatul Ulama).

Mungkin banyak orang yang melayani umat, melalui organanisi atau langsung; tetapi yang dalam hal itu, tidak mengharap dan tidak mendapat imbalan sebagaimana mbah Dullah, saya rasa sangat langka saat ini. Melayani bagi mbah Dullah adalah bagian dari memberi. Dan memberi seolah merupakan kewajiban bagi beliau, sebagaimana meminta –bahkan sekedar menerima imbalan jasa-- merupakan salah satu pantangan utama beliau.

Beliau tidak hanya memberikan waktunya untuk santri-santrinya, tapi juga untuk orang-orang awam. Beliau mempunyai pengajian umum rutin untuk kaum pria dan untuk kaum perempuan yang beliau sebut dengan tawadluk sebagai ‘belajar bersana’. Mereka yang mengaji tidak hanya beliau beri ilmu dan hikmah, tapi juga makan setelah mengaji.

Pernah ada seorang kaya yang ikut mengaji, berbisik-bisik: “Orang sekian banyaknya yang mengaji kok dikasi makan semua, kan kasihan kiai.” Dan orang ini pun sehabis mengaji menyalami mbah Dullah dengan salam tempel, bersalaman dengan menyelipkan uang. Spontan mbah Dullah minta untuk diumumkan, agar jamaah yang mengaji tidak usah bersalaman dengan beliau sehabis mengaji. “Cukup bersalaman dalam hati saja!” kata beliau. Konon orang kaya itu kemudian diajak beliau ke rumahnya yang sederhana dan diperlihatkan tumpukan karung beras yang nyaris menyentuh atap rumah, “Lihatlah, saya ini kaya!” kata beliau kepada tamunya itu.
Memang hanya hamba yang fakir ilaLlah-lah, seperti mbah Dullah, yang sebenar-benar kaya.

Kisah lain; pernah suatu hari datang menghadap beliau, seseorang dari luar daerah dengan membawa segepok uang ratusan ribu. Uang itu disodorkan kepada mbah Dullah sambil berkata: “Terimalah ini, mbah, sedekah kami ala kadarnya.”
“Di tempat Sampeyan apa sudah tak ada lagi orang faqir?” tanya mbah Dullah tanpa sedikit pun melihat tumpukan uang yang disodorkan tamunya, “kok Sampeyan repot-repot membawa sedekah kemari?”
“Orang-orang faqir di tempat saya sudah kebagian semua, mbah; semua sudah saya beri.”
“Apa Sampeyan menganggap saya ini orang faqir?” tanya mbah Dullah.
“Ya enggak, mbah …” jawab si tamu terbata-bata. Belum lagi selesai bicaranya, mbah Dullah sudah menukas dengan suara penuh wibawa: “Kalau begitu, Sampeyan bawa kembali uang Sampeyan. Berikan kepada orang faqir yang memerlukannya!”

Kisah yang beredar tentang ‘sikap kaya’ mbah Dullah semacam itu sangat banyak dan masyhur di kalangan masyarakat daerahnya.

Mbah Dullah ‘memiliki’, di samping pesantren, madrasah yang didirikan bersama rekan-rekannya para kiai setempat. Madrasah ini sangat terkenal dan berpengaruh; termasuk –kalau tidak satu-satunya— madrasah yang benar-benar mandiri dengan pengertian yang sesungguhnya dalam segala hal.
32 tahun pemerintah orde baru tak mampu menyentuhkan bantuan apa pun ke madrasah ini. Orientasi keilmuan madrasah ini pun tak tergoyahkan hingga kini. Mereka yang akan sekolah dengan niat mencari ijazah atau kepentingan-kepentingan di luar ‘menghilangkan kebodohan’, jangan coba-coba memasuki madrasah ini.

Ini bukan berarti madrasahnya itu tidak menerima pembaruan dan melawan perkembangan zaman. Sama sekali. Seperti umumnya ulama pesantren, beliau berpegang kepada ‘Al-Muhaafadhatu ‘alal qadiemis shaalih wal akhdzu bil jadiedil ashlah’, Memelihara yang lama yang relevan dan mengambil yang baru yang lebih relevan. Hal ini bisa dilihat dari kurikulum, sylabus, dan matapelajaran-matapelajaran yang diajarkan yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Singkat kata, sebagai madrasah tempat belajar, madrasah mbah Dullah mungkin sama saja dengan yang lain. Yang membedakan ialah karakternya.

Agaknya mbah Dullah –rahimahuLlah — melalui teladan dan sentuhannya kepada pesantren dan madrasahnya, ingin mencetak manusia-manusia yang kuat ‘dari dalam’; yang gagah ‘dari dalam’; yang kaya ‘dari dalam’; sebagaimana beliau sendiri. Manusia yang berani berdiri sendiri sebagai khalifah dan hanya tunduk menyerah sebagai hamba kepada Allah SWT.
Bila benar; inilah perjuang yang luar biasa berat. Betapa tidak? Kecenderungan manusia di akhir zaman ini justru kebalikan dari yang mungkin menjadi obsesi mbah Dullah. Manusia masa kini justru seperti cenderung ingin menjadi orang kuat ‘dari luar’; gagah ‘dari luar’; kaya ‘dari luar’, meski terus miskin di dalam.

Orang menganggap dirinya kuat bila memiliki sarana-sarana dan orang-orang di luar dirinya yang memperkuat; meski bila dilucuti dari semua itu menjadi lebih lemah dari makhluk yang paling lemah. Orang menganggap dirinya gagah bila mengenakan baju gagah; meski bila ditelanjangi tak lebih dari kucing kurap. Orang menganggap dirinya kaya karena merasa memiliki harta berlimpah; meski setiap saat terus merasa kekurangan.

Waba’du; sayang sekali jarang orang yang dapat menangkap kelebihan mbah Dullah yang langka itu. Bahkan yang banyak justru mereka yang menganggap dan memujanya sebagai wali yang memiliki keistimewaan khariqul ‘aadah. Dapat melihat hal-hal yang ghaib; dapat bicara dengan orang-orang yang sudah meninggal; dapat menyembuhkan segala penyakit; dsb. dst. Lalu karenanya, memperlakukan orang mulia itu sekedar semacam dukun saja. Masya Allah!

Ke-’wali’-an Mbah Dullah –waLlahu a’lam-- justru karena sepanjang hidupnya, beliau berusaha --dan membuktikan sejauh mungkin-- melaksanakan ajaran dan keteladanan pemimpin agungnya, Muhammad SAW, terutama dalam sikap, perilaku, dan kegiatan-kegiatan beliau; baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama hambaNya.

Begitulah; Mbah Dullah yang selalu memberikan keteduhan itu telah meninggalkan kita di dunia yang semakin panas ini. Beliau sengaja berwasiat untuk segera dimakamkan apabila meninggal. Agaknya beliau, seperti saat hidup, tidak ingin menyusahkan atau merepotkan orang. Atau, siapa tahu, kerinduannya sudah tak tertahankan untuk menghadap Khaliqnya.

Dan Ahad, 25 Sya’ban 1422 / 11 November 2001 sore, ketika Mbah Dullah dipanggil ke rahmatuLlah, wasiat beliau pun dilaksanakan. Beliau dikebumikan sore itu juga di dekat surau sederhananya di Polgarut Kajen Pati.

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-sejatiKu, dan masuklah ke dalam sorgaKu!”

Selamat jalan, Mbah Dullah! AnnasakumuLlah ilaa yaumi yub’atsuun!

Minggu, 25 September 2011

Memohon Kepada Allah Setiap Dalam Keadaan

" Tidaklah sukar engkau bermohon kepada Tuhanmu,dan tidak pula mudah apa yang telah engkau minta kepada dirimu sendiri."

Hamba yang meminta dan ber-munajah kepada Allah SWT,bertawakal dan mencukupkan Allah sebagai pemberian tentang masalah dunia dan akhirat,pasti diterima permohonnya.Syaratnya memang mudah.Iala menyandarkan segala yang diinginkan hanya kepada Allah.Semuanya akan diperkenankan oleh-Nya.Segala yang jauh didekatkan dan segala yang sukar dimudahkan.

Akan tetapi apabila seorang hamba yang berharap sesuatu dari Allah karena mengandalkan ilmunya,daya pikir dan akalnya,kemampuan dan kekuatannya semata-mata,tidak mungkin permohonan itu dikabulkan karena telah bercampur dengan keangkuhan dan penonjolan diri.Cara seperti ini tidak dikenhendaki oleh Allah.Sebab kemampuan manusia terbatas.Hanya Allah yang mengetahui apa yang diperlukan oleh hamba.Karena hanya Allah sajalah yang berkuasa memberi apa yang diminta dan diharapkan seorang hamba.Hal ini penting direnungkan bagi siapa saja yang sedang mencari kebahagiaan hidup didunia dan hidup di akhirat.Hal yang paling sulit dan tidak mudah untuk dijalankan adalah menempatkan diri sebagai peminta,dan menempatkan Allah sebagai tempat meminta.Di sini dari si peminta harus dimusnahkan,harus ditiadakan.Hamba harus sirna dan hina di hadapan Khaliq.Hamba adalah sosok yang tidak berarti apa - apa di hadapan Allah SWT.


Sebab kelak yang akan dilaksanakan adalah kehendak Allah,bukan kehendak mahluk.Oleh karena itu,seorang hamba hendaklah menjadi peminta yang tahu diri,agar apa yang diminta dikabulkan oleh Allah.Segala sesuatu yang diharapkan dari Allah,tidak terlepas kaitannya dengan apa yang ada dalam diri seorang hamba.Kebersihan hati,ketaatan,ketekunan,kesabaran,rintihan yang disampaikan,ketiadaan dirinya sendiri,ketergantungannya yang dimulai dengan tekun dari awalnya,tentu permohonannya akan dipenuhi oleh Allah.


Oleh sebab itu,jangan sampai terjadi permohonan seorang hamba ditolak,karena kosongnya ruh kita dari kebersihannya.Barang siapa  yang menyangka bahwa apa yang ia harapkan akan dipenuhi oleh Allah ,karena mengandalkan kemampuan akal dan hartanya,tentu ia akan putus asa dari perbuatannya itu.Demikian juga orang yang bergantung dengan dirinya sendiri dalam meminta kepada Allah,niscaya akan mengembalikan pada diri si pemohon sendiri supaya ia menolong diri sendiri.


Makrifat yang tinggi,ialah menyerahkan segala sesuatu hanya kepada Allah.Kemudian menunggu dengan sabar,ridho dan tawakal.itulah jalan para salihin dan saddiqin. Amiiiiiiin

Sabtu, 10 September 2011

Penelusuran Arti Thoriqoh

Sekilas Pengertian Thoriqoh .........
 Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran Thoriqoh Al Mu’tabarah, yang merupakan salah satu pilar dari ajaran Islam ala Ahlussunah Wal Jama’ah yang telah dirintis dan dikembangkan oleh para Ulama’ salafus sholihin, yang bersumber dari Rosulullah SAW. dari Malaikat Jibril AS. dan atas petunjuk Allah SWT. dengan sanad yang muttasil.
Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah merupakan suatu sarana bagi para Mursyid/Muqoddam/Khalifah, untuk lebih mengefektifkan pembinaan terhadap para murid yang telah berbaiat sekaligus sebagai forum untuk menjalin ukhuwah antar sesama penganut ajaran Thoriqoh dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan dan keikhlasan didalam amaliyah ubudiyyah serta meningkatkan robithoh terhadap guru Mursyid/Muqoddam/Khalifah.
Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah memiliki konsep yang senafas dengan konsep dan gagasan kemerdekaan Republik Indonesia dalam rangka membangun generasi bangsa yaitu membangun manusia dari jiwa/rohaniyah dengan memperbaiki akhlaq, keimanan, ketaqwaan dan baru kemudian pembangunan fisik/jasmaniyyah.
Namun demikian dalam ajaran Thoriqoh Al Mu’tabarah tetap menjaga keseimbangan antara syariat, thoriqoh, hakikat dan ma’rifat yaitu ajaran Islam tentang Iman, Islam dan Ihsan sebagai sistem pemahaman, penghayatan dan pengamalan Islam yang menyeluruh.
Oleh karena itu Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah disamping memiliki komitmen untuk terus meningkatkan hubungan langsung kepada Allah SWT.,  juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap permasalahan umat dalam rangka membangun bangsa dan Negara yang lebih maju, modern, bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tumbuh sebagai bangsa yang beriman bertaqwa serta berakhlaq mulia melalui proses pembinaan yang terus menerus, pengamalan Takholli, Tahalli dan Tajalli.
Keberadaan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah adalah perwujudan dari pelaksanaan ajaran Islam Ala Ahlussunnah Waljamaah secara konsisten yang menjadi faham jami'iyyah Nahdlotul Ulama.

Sejarah Thoriqoh ............
Thoriqoh adalah salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan, perilaku kehidupan beliau sehari-hari adalah paktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai kita sekarang.
Lihat saja, misalnya hadist yang meriwayatkan bahwa ketika Islam telah berkembang luas dan kaum Muslimin telah memperoleh kemakmuran, sahabat Umar bin Khatthab RA. berkunjung ke rumah Rosulullah SAW. Ketika dia telah masuk didalamnya, dia tertegun melihat isi rumah Beliau, yang ada hanyalah sebuah meja dan alasnya hanya sebuah jalinan daun kurma yang kasar, sementara yang tergantung di dinding hanyalah sebuah geriba (tempat air) yang biasa beliau gunakan untuk  berwudlu’. Keharuan muncul di hati Umar RA. yang kemudian tanpa disadari air matanya berlinang.
Maka kemudian Rosulullah SAW. menegurnya: ”Gerangan apakah yang membuatmu menangis, wahai sahabatku?” Umar pun menjawabnya: “Bagaimana aku tidak menangis, Ya Rosulullah!... Hanya seperti ini keadaan yang kudapati di rumah Tuan. Tidak ada perkakas dan tidak ada kekayaan kecuali sebuah meja dan sebuah geriba, padahal ditangan tuan telah tergenggam kunci Dunia Timur dan Dunia Barat, dan kemakmuran telah melimpah. Lalu beliau menjawab: “Wahai Umar aku ini adalah Rosul (utusan) Allah. Aku bukan seorang kaisar dari Romawi dan juga bukan seorang Kisra dari Persia.
Mereka hanyalah mengejar duniawi, sementara aku mengutamakan ukhrawi (akhirat) .”Suatu hari Malaikat Jibril AS. datang kepada Nabi SAW. setelah menyampaikan salam dari Allah SWT, dia bertanya: “Ya Muhammad, manakah yang engkau sukai menjadi Nabi yang kaya raya seperti Sulaiman AS atau menjadi Nabi yang papa seperti Ayub AS.?” Beliau menjawab: ”Aku lebih suka kenyang sehari dan lapar sehari".
Disaat kenyang, aku bisa bersyukur kepada Allah SWT. dan disana lapar aku bisa  bersabar dengan ujian Allah SWT. ”Bahkan suatu hari Rosulullah SAW. pernah bertanya kepada  sahabatnya: ”Bagaimana sikap kalian, jika sekiranya kelak telah terbuka untuk kalian kekayaan Romawi dan Persia?” Di antara sahabatnya ada yang segera manjawab: ”Kami akan tetap teguh memegang agama, ya Rosulullah SAW..” Tetapi beliau segera menukas: ”Pada saat itu kalian akan berkelahi sesama kalian. Dan kalian akan berpecah belah, sebagian kalian akan bermusuhan dengan sebagian yang lainnya.
Jumlah kalian banyak tetapi kalian lemah, laksana buih di lautan. Kalian akan hancur lebur seperti kayu di makan anai-anai! ”Para sahabat penasaran, lalu bertanya: ”Mengapa bisa begitu ya Rosulullah.” Lalu Nabi SAW. segera menjawabnya: ”Karena pada saat itu hati kalian telah terpaut dengan duniawi (materi) dan aku menghadapi kematian.” Di kesempatan lain beliau juga menegaskan: ”Harta benda dan kemegahan pangkat akan menimbulkan fitnah di antara kalian! ”Apa yang dinyatakan oleh Rosulullah SAW. tersebut bukanlah ramalan, karena beliau pantang untuk meramal. Tetapi adalah suatu ikhbar bil mughayyabat (peringatan) kepada umatnya agar benar-benar waspada terhadap godaan dan tipu daya dunia.
Sepeninggal Nabi pun, ternyata apa yang beliau sabdakan itu menjadi kenyataan. Fitnah yang sangat besar terjadi di separoh terakhir masa pemerintahan Khulafaurrasyidin. Dan lebih hebat lagi terjadi di zaman Daulah Bani Umayyah, dimana sistem pemerintahan telah mirip dengan kerajaan. Penguasa memiliki kekuasaan yang tak terbatas, yang cenderung lebih mengutamakan kepentingan pribadi mereka, keluarga atau kelompoknya dan mengalahkan kepentingan rakyat kebanyakan.
Dan akhirnya berujung pada munculnya pemberontakan yang digerakkan oleh golongan Khawarij, Syiah dan Zuhhad. Hanya saja ada perbedaan diantara mereka, kedua golongan yang pertama memberontak dengan motifasi politik, yakni untuk merebut kekuasaan dan jabatan, sementara golongan terakhir untuk mengingatkan para penguasa agar kembali kepada ajaran Islam dan memakmurkan kehidupan rohani, serta untuk menumbuhkan keadilan yang merata bagi warga masyarakat. Mereka berpendapat bahwa kehidupan rohani yang terjaga dan terpelihara dengan baik akan dapat memadamkan api fitnah, iri dengki dan dendam.

Meskipun saat itu Daulah Bani Umayyah merupakan pemerintahan yang terbesar di dunia, dengan wilayah kekuasaan yang terbentang dari daratan Asia dan Afrika di bagian timur sampai daratan Spanyol Eropa di bagian barat, pada akhinya mengalami kehancuran. Pengalaman dan nasib yang sama juga dialami oleh Daulah Bani Abasyiyah. Meskipun saat itu jumlah umat Muslim sangat banyak dan kekuasaan mereka sangat besar, tetapi hanya laksana buih di lautan atau kayu yang dimakan anai-anai, sebagaimana dinyatakan oleh Nabi SAW. di atas. Semua itu dikarenakan faktor hubb al-dunya (cinta dunia) dan karahiyat al-maut (takut menghadapi kematian). Sebab yang tampak makmur hanya kehidupan lahiriyah/duniawi, sementara kehidupan rohani/batiniyah mereka mengalami kegersangan.
Inilah yang menjadi motifasi golongan Zuhhad yang gerakan-gerakannya untuk mengajak kembali kepada ajaran Islam yang benar untuk mendekatkan diri pada Allah SWT..  Gerakan yang muncul di akhir abad ke 6 (enam) hijriyyah ini, pada mulanya merupakan kegiatan sebagian kaum Muslimin yang semata-mata berusaha mengendalikan jiwa mereka dan menempuh cara hidup untuk mencapai ridlo Allah SWT., agar tidak terpengaruh dan terpedaya oleh tipuan dan godaan duniawi (materi).
Karenanya, pada saat itu mereka lebih dikenal dengan sebutan “zuhhad” (orang-orang yang berperilaku zuhud), ”nussak” (orang-orang yang berusaha melakukan segala ajaran agama) atau “ubbad” (orang yang rajin melaksanakan ibadah). Lama kelamaan cara kehidupan rohani yang mereka tempuh, kemudian berkembang menjadi alat untuk mencapai tujuan yang lebih murni, bahkan lebih mendalam yaitu berkehendak mencapai hakekat ketuhanan dan ma’rifat (mengenal) kepeda Allah SWT. yang sebenar-benarnya, melalui riyadloh (laku prihatin), mujahadah (perjuangan batin yang sungguh-sungguh), mukasyafah (tersingkapnya tabir antara dirinya dan Allah), musyahadah (penyaksian terhadap keberadaan Allah) atau dengan istilah lain, laku batin yang mereka tempuh di mulai dengan ”takhalli” yaitu mengosongkan hati dari sifat-sifat tercela, lalu ”tahalli” yaitu menghiasi hati dengan sifat yang terpuji, lalu ”tajalli” yaitu mendapatkan pencerahan dari Allah SWT.

Tata cara kehidupan rohani tersebut kemudian tumbuh berkembang dikalangan masyarakat Muslim, yang pada akhirnya menjadi disiplin keilmuan tersendiri, yang dikenal dengan sebutan ilmu “Tashawuf”. Sejak munculyna Tashawuf Islam di akhir abad kedua hijriyah, sebagai kelanjutan dari gerakan golongan Zuhhad, muncullah istilah “Thoriqoh” yang tampilan bentuknya berbeda dan sedikit demi sedikit menunjuk pada suatu yang tertentu, yaitu sekumpulan aqidah-aqidah, akhlaq-akhlaq dan aturan-aturan tertentu bagi kaum Shufi.
Pada saat itu disebut “Thoriqoh Shufiyyah” (metode orang-orang Shufi) menjadi penyeimbang terhadap sebutan “Thoriqoh Arbabil Aql wal Fikr” (metode orang-orang yang menggunakan akal dan pikiran). Yang pertama lebih menekankan pada dzauq (rasa), sementara yang kedua lebih menekankan pada burhan (bukti nyata/empiris). Isilah “thoriqoh“ terkadang digunakan untuk menyebut suatu pembimbingan pribadi dan perilaku yang dilakukan oleh seorang Mursyid kepada muridnya.

Pengertian terakhir inilah yang lebih banyak difahami oleh banyak kalangan, ketika mendengarkan kata “thoriqoh”. Pada perkembangan berikutnya, terjadi perbedaan diantara tokoh Shufi didalam menggunakan metode laku batin mereka untuk menggapai tujuan utamanya, yaitu Allah SWT. dan ridlo-Nya. Ada yang menggunakan metode latihan-latihan jiwa, dari tingkat terendah, yaitu nafsu ammarah, ke tingkat nafsu lawwamah, terus ke nafsu muthma’inah, lalu ke nafsu mulhamah, kemudian  ke tingkat nafsu rodliyah, lalu ke nafsu mardliyyah, sampai ke nafsu kamaliyyah. Ada juga yang menggunakan metode takhalli, tahalli dan akhirnya tajalli. Ada pula yang menggunakan metode dzikir, yaitu dengan cara mulazamatudz-dzikri, yakni melanggengkan dzikir dan senantiasa mengingat Allah SWT. dalam keadaan apapun.
Dari perbedaan metode itulah, akhirnya muncul aliran-aliran thoriqoh yang mengambil nama dari tokoh-tokoh sentral aliran tersebut, seperti Qodiriyah, Rifa’iyyah, Syadzaliyyah, Dasuqiyyah/Barhamiyyah, Zainiyyah, Tijaniyyah, Naqsabandiyyah, dan lain sebagainya.


Pendiri Thoriqoh Syadziliyah adalah seorang Wali Agung, Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy-Syadzaliy radliallahu anhu (593-656 H). Kehidupan beliau adalah kehidupan seorang syaikh pengembara di muka bumi, sambil bersungguh-sungguh dengan berdzikir dan berfikir untuk mencapai fana’ (ketiadaan diri dihadapan Allah). Dan beliau mengajarkan pada muridnya sikap zuhud pada dunia dan iqbal (perasaan hadir di hadapan Allah). Dan juga menganjurkan mereka untuk berdzikir pada Allah SWT. di setiap waktu, tempat, dan keadaan serta menempuh jalan tashawuf. Beliau juga mewasiatkan agar para muridnya membaca kitab Ihya’ ulumuddin dan kitab Quutul Qulub.
Syaikh Syadzili menjelaskan pada muridnya bahwa thoriqohnya berdiri di atas 5 (lima) perkara yang pokok, yaitu;
1. Taqwa pada Allah SWT. dalam keadaan rahasia maupun terbuka.
2. Mengikuti sunnah Nabi SAW. dalam perkataan maupun perbuatan.
3. Berpaling dari makhluk (tidak menumpukan harapan) ketika berada didepan atau dibelakang mereka.
4. Ridlo terhadap Allah SWT. dalam (pemberian-Nya) sedikit maupun banyak.
5. Kembali kepada Allah SWT. dalam keadaan senang maupun duka.
Disamping mengajak mereka untuk mengiringi thoriqohnya dengan dzikirr-dzikir dan do’a–do’a sebagaimana termuat dalam kiab-kitabnya, seperti kitab Al-Ikhwah, Hizb Al-Barr, Hizb Al-Bahr, Hizb Al Kabir, Hizb Al-Lathif, Hizb Al Anwar dan sebagainya.
Thoriqoh Syadziliyah ini berkembang dan tersebar di Mesir, Sudan, Libia, Tunisia, Al-Jazair, Negeri utara Afrika dan juga Indonesia.

Sabtu, 27 Agustus 2011

Sedih dan Malas Dalam Ibadah

Kesedihan seperti ini adalah kesedihan yang bodoh dan palsu. Ia merasa sedih, akan tetapi ia malas. Ia merasa rugi, tetapi ia tinggalkan. Ia merasa tertinggal, tetapi ia tidak mengejar. Adalah kemalasan yang luar biasa. Hamba seperti ini tidak berusaha mencari kesempatan, atau mempergunakan kesempatan, ia selalu dibelenggu oleh rasa senang mengikuti panggilab hawa nafsunya. Ingin bangkit berdiri, tetapi ia berada dalam mimpinya yang pulas. Untuk menghapus kemalasan seperti gambarab di atas, maka si hamba perlumemiliki semangat iman yang mampu menerangi kemalasan dan kesenangan.
Andaikan kesedihan kita sampai menangis mencucurkan air mata pun diiringi penyesalan, akan tetapi tidak dengan ua\saha untuk mencapai apa yang menjadi kewajibannya sebagai hamba Allah, maka tangis dengan penyesalan itu akan tinggal penyesalan belaka. Seperti diucapkan oleh Rabi'ah Adawiyah, seorang sufi wanita yang terkenal, ia menyebut seorang laki-laki yang menyatakan dirinya sedih, lalu Rabi'ah mengatakan: "Jangan engkau mengatakan sedih seperti itu, katakan: "Alangkah sedikitnya rasa sedihku. Sebab, jikalau benar-benar engkau bersedih, kamu kelak tidak diberi kesempatan untuk bersenang-senang." Abu Ali Daqqaq berkata, Orang yang menyesali dosa-dosanya mampu menempuh jalan Allah dalam waktu satu bulan, dan dosa-dosanya dengan perjalanan bertahun-tahun." Dalam satu kabar disebutkan, bahwa Allah suka kepada orang yang hatinya mau menyesali perbuatan dosa dan kesalahannya, dan berniat serta berusaha menghapus kesalahan dan menebus dosa-dosanya, kemudian memperbaikinyadengan meningkatan amal ibadah yang wajib dan yang sunah."
Untuk seorang hamba hendak mencapai kebaikan selamanya menghadapi kendala setan, baik yang berasal dari luar dirinya berupa godaan iblis, maupun dari diri si hamba sendiri berupa hawa nafsu. Hamba yang lemah imannya, mudah dihinggapi penyakit malas, letih hati sanubarinya, lalu menjadi malas. Keletihan dan kemalasan itulah yang membawa akibat terbengkalainya ibadah. Satu-satunya obat mujarab untuk menangkal penyakit malas, tidak lain adalah mujahadah terus menerus serta tidak memberi peluang kepada perasaan malas itu menjadi nurani. Mujahadah terus menerus akan mencoba mempersenjatai hati manusia dengan iman dan keyakinan yang murni, menumbuhkan taqarrub kemudian menimbulkan himmah (semangat) untuk mempertahankan iman dan yakin. Apabila iman dan yakin itu telah dapat dipertahankan, maka akan tumbuhlah istiqamah.
Peranan si hamba sendiri dengan cara memohon hidayah dan taufiq dari Allah adalah sangat penting untuk menghilangkan semua kendala yang dihadapi. Usaha-usaha dengan cara tersebut akan mengantarkan si hamba kepada martabat orang-orang yang mendapatkan jalan abrar.

Kamis, 25 Agustus 2011

Doa Setelah Khatam Al-Qur'an

Ya Allah ya Tuhan-ku mudah mudahan engkau menerima apa yang kami lakukan, apa yang kami amalkan. Sesungguhnya engkau adalah dzat yang Maha Mendengar dan dzat yang Maha Mengetahui. Ya Allah Ya Robb, terimalah taubat kami...sesungguhnya engkau adalah dzat yang Maha Menerima taubat dan engkau adalah dzat yang memberikan kasih sayang kepada hambamu di dunia dan akhirat.
Ya Allah berikanlah hidayahmu kepada kami, berikanlah pertolongan kepada kami untuk menggapai ridho-mu, untuk mencapai jalan Mu yang lurus, yaitu jalan yang engkau ridhoi untuk menggapai Surgamu. Berkat barokah dari kami meng-khatamkan Al-Qur'an Mu yang Agung, dan juga berkat kami memuliakan kekasihmu, utusan Mu yang mulia yaitu Nabi Muhammad SAW. Ampuni kami ya Allah dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, ampuni semua dosa kami ya Allah dengan anugerah Mu dengan sifat Pemurah Mu ya Allah.
Ya allah seperti janji Mu dan Rosulmu ya Allah, hari ini dengan di saksikan 60.000 malaikat-mu yang hadir di tempat ini di madjelis ini ya Allah. Hiasilah semua orang yang hadir di madjelis ini, semua jama'ah Surou Awwabi baik yang malam ini hadir ataupun tidak ya Allah hiasilah kami, hiasilah akal dan hati kami, keluarga kami semua ya Allah dengan Karomah-nya kami meng-khatamkan. Muliahkan kami semua ya Allah dengan Karomah-nya kami meng-khatamkan Al-Qur'an malam ini ya Allah. Ya allah ya robb, muliakanlah kami, muliakan hati dan wadak badaniah serta keluarga kami dengan Al-Qur'an yang malam ini telah kami khatamkan ya Allah. Ya Allah ya robb, berikanlah untuk akal, hati dan wadak badaniah serta keluarga kami pakaian yang indah seperti Al-Qur'an yang telah kami khatamkan pada hari ini ya Allah. Ya Allah ya robb, masukkanlah kami serta keluarga kami ke dalam Surgamu dengan Al-Qur'an ya Allah.
Ya Allah selamatkan kami, selamatkan akal, hati iman, taqwa serta keluarga kami dari cobaan dunia dan selamatkan kami ya Allah dari siksaanmu di akhritat nanti ya Allah. Ya Allah ya robb berkat Al-Qur'anyang kami khatamkan pada hari ini. Ya Allah ya robb ampuni kami dan semua umat Nabi Muhammad SAW dengan barokah khataman Al-Qur'an pada hari ini uya Allah.
Ya Allah ya robb jadikanlah Al-Qur'an bagi kami di dunia ini sebagai teman yang bisa memberi petunjuk k\bagi kami ya Allah, dan di dalam kubur jadikanlah sebagai penerang bagi kami ya Allah. Ya Allah ya robb jadikanlah Al-Qur'an pada hari kiamat nanti sebagai syafa'at bagi kami ya Allah. Dan jadikanlah Al-Qur'an bagi kami sebagai cahaya untuk menapak di atas jalanmu yang lurus ya Allah, jalan yang engkau ridhoi. Ya Allah ya robb jadikanlah Al-Qur'an bagi kamu di Surgamu nanti sebagai teman ya Allah, dan jadikanlah Al-Qur'an sebagai pelindung dari nerakamu ya Allah, dan jadikanlah di setiap langkah kebaikan kami sebagai dalil dan imam bagi kami ya Allah, semua itu kami panjatkan dan kami minta dengan rohmat dan rokhim-mu ya Allah.
Ya Allah berikanlah untuk akal kami, hati kami, wadah badaniah serta keluarga kami tiap-tiap huruf dari Al-Qur'an mu berikan sebuah kelexatan, dan tiap-tiap kalimah dari Al-Qur'an berikan kami karomah, dan dari tiap-tiap surat berikan kami keselamatan, dan tiap-tiap kalimah nya berikan karomah, dan tiap-tiap ayatnya berikan kami kebahagiaan dan tiap-tiap suratnya berikan kami keselamatan, dan tiaap-tiap juz berikan kami balasan dengan ridhomu ya Allah. Ya allah dari tiap-tiap kami mengangkat Al-Qur'an untuk mempelajarinya angkat kami menuju jalanmu, menuju ridhomu ya Allah. Dari setiap kami akan membuka Al-Qur'an untuk mempelajarinya berikan kami kebahagiaan dan futuh untuk kami akan membuka Al-Qur'an untuk mempelajarinya berikan kami kebahagiaan dan futuh untuk hati dan akal kami.
Ya Allah setiap kami meletakkan Al-Qur'an setelah kami pelajari berikan kami pakaian Al-Qur'an ya Allah. dan berikanlah kami pembeda ya allah antara yang haq dan yang batil supaya kami bisa menapak di atas jalanmu yang lurus ya allah.
Ya allah dengan alif mu berikan untuk akal, hati keluarga kami keitiqomahan, dan ketenangan serta dengan alif mu ya allah beri akal kami semua hati kami semua badan kami semua iman dan rasa aman.
Dengan ba' mu berikanlah untuk amal kmai, keluarga kami barokah di dunia untuk menggapai jalan menuju ridhomu ya allah.
Dengan huruf ta' mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah, serta keluarga kami taubat nasukha. taubat yang bisa menghapus semua dosa-dosa kami.
Dengan huruf tsa' mu ya allah berikan kami amal yang engkau jadikan sebagai penebus atas ridhomu
Dengan jim berikan untu akal, hati, badaniah serta keluarga kami kebagusan.
Dengan kha' berikan kami serta keluarga kami akal, hat, badaniah serta keluarga kami ilmu hikmah ya allah.
Dengan kho' ya allah berikaan kami kekhusukkan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami.
Dengan dal mu berikan kami dalil ya allah.
Dengan dzal mu berikan untuk akal, hati badaniah serta keluarga kami rahmatmu.
Dengan  ro' mu ya allah berikan kami serta keluarga kami rahmatmu.
Dengan za' mu ya allah berikan kami pilihan yang engkau ridhoi.
Dengan sin mu ya allah berikan kami serta keluarga kami kebahagiaan baik dunia dan akhirat.
Dengan syin mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga obat sebagai penawar ya allah.
Dengan shod mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami kebenaran.
Dengan dzod mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami rasa thoat kepadamu.
Dengan huruf tho' berikan kesejukan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami.
Dengan dho' mu berikan kami serta keluarga kami keberhasilan ya allah.
Dengan 'ain mu ya allah berikanlah untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami ilmu yang bermanfaat, ilmu yang bisa membawa kami menuju ridho mu.
Dengan ghoin mu ya akkah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami kekayaan yang bisa membawa kami menuju ridhomu.
Dengan fa' ya allah berikan kami serta keluarga kami keberuntungan.
Dengan qof mu ya allah berikan kami untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami kedekatan kepadamu ya allah.
Dengan kaf mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami karomah ya allah.
Dengan lam mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami kelembutan.
Dengan mim mu ya allah berikan untuk akal , hati, badaniah serta keluarga kami mauidhoh.
Dengan nun mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami cahaya penerang mu.
Dengan wawu mu ya allah berikan akal, hati, badaniah serta keluarga kami penyambung untuk bisa menggapai ridhomu.
Dengan ha' mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami hidayahmu.
Dengan ya' mu ya allah berikan untuk akal, hati, badaniah serta keluarga kami keyakinan tentang engkau.
Ya allah dengan barokah khatam al-qur'an hari ini ya allah jadikan kami, keluarga kami, murif-murid kami, serta semua yang hadir di madjelis ini. Jadikan semuanya ahli ilmu ya allah, ahli kebaikan, ahli al-qur'an , ahli sunah wal jamaah ya allah. Ya allah ya robb dengan barokah khataman al-qur'an ini ya allah jadikan kami serta mudahkan lah kami ya allah untuk berziarah ke makam nabimu yang mulia Nabi Muhammad SAW di Madinah al munawwaroh serta ziarah haji ke makkah al mukaromah. Ya allah dengan khatam al-qur'an ini ya allah terimalah sholat kami, puasa kami, ruku' kami, sujudm kami, berdiri kami hadzir kami, khusyu' tasbih kami, serta semua yang kami lakukan di bulan Romadhon mu ini ya allah. Bukan karena yang lain ya allah, akan tetapi semua itu ya allah kami lakukan semata-mata kami hanya ingin mencari ridhomu ya allah. Ya allah apa yang engkau berikan kepada kami jangan jadikan sebagai adzab untuk kami tapi jadikan semua itu sebagai sarana untuk mencari ridhomu ya allah.

Senin, 22 Agustus 2011

Yang Tersembunyi Di Dalam Hati

Ini adalah penjelasan tentang hal gaib.Tentang suara dan wujud hati nurani yang ada di kedalaman jiwa manusia.Apa yang nampak pada keadaan lahiriah seorang hamba,begitu pula keadaan yang ada didalam batiniahnya.Karena yang lahir itu adalah cermin yang batin.Wjud yang nampak akan menggambarkan keadaan yang tersembunyi.Itulah keadaan sebenarnya dari orang yang telah sampai ketingkat ma'rifat.Lahir batinnya sama.Pada wajah orang arif dapat dilihat semua yang tersimpan dalam Qalbunya.Wajah yang bersih bercahaya menunjukkan pula qalbu (hati)yang bersih bercahaya.
 
Abi Hafs mengatakan : "Kebagusan adab lahir itu adalah warna dari kebagusan adab batin". Sebagaimana Nabi Muhammad telah bersabda : "Kalau khusyu' hati seseorang,maka akan khusyu' pula anggota badanya".

    Tidak selalu keadaan lahiriah itu baik dalam kenyataannya.sifat manusia secara umum,ada yang baik dan ada yang buruk.Gambaran lahiriah yang nampak,seperti sudah dikatakan sama dengan batinnya.Sehingga boleh dikatakan apabila ditemukan sifat jelek secara lahiriah,demikian pula keadaan batiniahnya.Contoh pada sifat orang-orang kafir yang jelek adalah cerminan dari hati mereka yang jelek pula.Batin yang menyimpan niat jelek,ingkar dan nifak,maka sifat itu akan nampak dalam bentuk lahiriah berupa tindakan kasar.Tidak memelihara ketenangan,mengkhianati teman seiring,menggunting dalam lipatan,menunjukkan wajah masam dan bersungut-sungut,dan perilaku jelek yang dapat dilihat oleh mata kepala manusia.Syekh Abu Talib Al Makky menggambarkan sifat orang-orang kafir,di antaranya,apabila disebut keesaan Allah SWT di depan mereka,maka hati mereka panas mendidih,apabila didepan mereka tentang yang berhala-berhala,hati mereka bersorak senang.Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an : "Apabila disebut nama Allah menjadi marahlah hati orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhir.Tetapi jika disebut berhala,selain Allah,hati mereka menjadi gembira ria".(QS.Az Zumar:4).
    Akan tetapi tidak selalu tingkah laku lahir itu sesuai dengan batinnya dalam pengertian pergaulan.Apa yang nampak secara lahiriah,belum dapat dipercayai keadaan batiniahnya.Sopan santun dan lemah lembut,seseorang dalam pergaulan umum,kadang-kadang dibuat-buat untuk mendapat kesaksian dari manusia tentang kebaikkannya atau budi bahasanya.tujuannya agar mendapat puji sanjung dan kehormatan.
    Jadi disini gerakan lahiriah bukan cermin gerakan hati.Bahkan gerakan hati yang penuh kedengkian dapat ditutup dengan gerakan lahir yang simpatik.Perbuatan orang-orang munafik dan zalim pada umumnya seperti itu.Berlainan halnya dengan orang-orang saleh yang arif budiman,setiap gerakan dan perilaku lahiriah selalu sesuai dengan batinnya.Apa yang dilakukan dan digerakkan oleh wajah,tangan,isyarat,pembicaraan,semua gerak dan diamnya,telah menunjukkan hati nurani atau batinnya.
Selain itu ,orang mukmin yang saleh,arif bijaksana,selalu dalam penjagaan Allah SWT karena kebagusan Amal ibadahnya serta Taqarrub-nya.

Tarikan Nafas, Hati yang kosong, Jiwa yang keruh

Di dalam perjalanan anak Adam dipermukaan bumi ini,tidaklah seorang hamba terlepas dari problema yang berlaku pula bagi manusia lainnya.Setiap tarikan nafas anak Adam,menjadikan pertanda bahwasanya persoalan-persoalan yang sama selalu berulang.Karena segala yang belum terjadi,sudah terjadi dan akan terjadi berjalan diatas rencana Alloh.SWT jua.Dan semua ketetapan dan rencana Alloh berlaku untuk setiap orang,dimana anda berada di dalamnya.Tugas hamba Alloh dalam mengikuti rencana-Nya,tidak lain mentaati hukum-Nya,mengikuti takdir-Nya dengan hati ridho dan sabar.

Di samping itu berikhtiar penuh waspada dan tawakal.Terus menerus taqarrub kepada Alloh dengan mujahadah yang teratur,dan jangan membiarkan hati kita kosong alias mati,dari zikrulloh agar hubungan dengan-Nya selalu hidup serta menempatkan diri benar-benar sebagai hamba yang patuh.Membiarkan hati kosong dari Alloh,akan memudahkan setan mendapat peluang menggerogoti keyakinan iman yang sedang tumbuh merekah.Lakukan ibadah Sholat dengan penuh kesadaran dalam muroqobah,karena itulah jalan menguatkan iman dan mengisi sepenuhnya hati kita.

Apabila seorang hamba memikirkan hidup dunia semata-mata dalam rangka hidup saja,tentu ia akan berkeluh kesah,jiwanya akan terganggu dan hatinya menjadi keruh.Akan hamba yang menjadikan hidup dunia ini semata-mata hanya salah satu dari bagian perjalanan yang masih jauh ditempuh,pasti ia tidak akan meratapi hidup ini dengan penuh keluhan tanpa ujung.

Al-Qur'an surat Al-Anbiya' ayat 35 yang artinya :
" Dan kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan(fitnah)dan kepada kami niscaya kamu akan dikembalikan."

Dikatakan hal ini juga oleh Imam Al Jundi,bahwasanya dunia seisinya adalah tempat bersusah payah,tempat fitnah dan bencana,Sedang Syekh Abu Turah membagi kecintaan manusia kepada dunia sebagai berikut :

- Orang mencintai dirinya,tetapi ia lupa dirinya itu adalah milik ketamakan dan hawa nafsu.
- Ada orang mencintai ruhnya,padahal ia tahu bahwa ruh itu bukanlah miliknya,akan tetapi milik Alloh.SWT
- Manusia mencintai harta benda,padahal harta benda itu bukan miliknya,akan tetapi milik para ahli waris.Ada lagi orang yang mencari dua hal.Akan tetapi kamu tidak mendapatkannya didunia ini,itu adalah kesenagan dan kebahagiaan,dua hal ini hanya berada disurga.(QS.Az-Zuman:10).